Tanjungbalai (ANTARA) - Polres Tanjung Balai melaksanakan pagelaran wayang kulit yang menghadirkan Ki Dalang Suwandi Darma Carito yang mengisahkan "Kresno Duto" dalam rangka Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 2024 di halaman Makopolres setempat, Selasa (21/5) malam.
Kapolres Tanjung Balai AKBP Yon Edi Winara mengatakan, pagelaran Wayang Kulit tersebut dilaksanakan untuk melestarikan budaya dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke 116 tahun 2024.
"Kebangkitan Nasional merupakan titik awal Bangsa Indonesia untuk bangkit dan memiliki jiwa nasionalisme, rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi. Melestarikan budaya juga bisa memupuk semangat nasionalisme," kata Yon Edi Winara.
Cerita Kresno Duto sendiri kata Yon, mengingatkan kita semua agar sadar bahwa seorang pemimpin negara atau daerah harus peka dan peduli terhadap apa yang menjadi keinginan rakyat yang dipimpin, dan tidak jadi penghianat.
Kapolres melanjutkan, agama Islam juga mengajarkan bahwa seorang pemimpin yang baik harus memiliki sifat siddiq (benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathonah (cerdas).
"Sebaik-baiknya pemimpin memiliki empat sifat tersebut. Seorang pemimpin juga harus memiliki kebijakan yang benar dan tidak mengikuti hawa nafsu pemimpin harus bersikap adil, amanah, dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi," kata Yon Edi Winata.
Sementara, Ki Dalang Suwandi Darma Carito mengisahkan, dalam kisah pewayangan sosok Kresno Duto merupakan duta atau utusan para Pandawa untuk menagih Negara Astinapura yang dirampas oleh Kurawa, dimana maksud Pandawa untuk mengembalikan kejayaan, keadilan dan kemasyhuran negeri Astinapura.
Saat dipimpin Duryudana, Astinapura sendiri sempat diurus dan dibayangi pengaruh Gusti Pati Sengkuni yang licik.
Kresno Duto bukan hanya duta bagi Pandawa, namun kehadiran Kresno Duto adalah perwakilan bagi rakyat Astinapura.
Pesan tersirat dalam kisah Kresno Duto bahwa setiap orang yang telah mengabdikan dirinya kepada negara (jadi pemimpin), hendaknya menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kesetiaan dan tidak khianat.
"Jiwa dan raga seorang pemimpin hendaknya diberikan untuk kepentingan negeri dan masyarakat," demikian Ki Dalang Suwandi Darma Carito.