Tapanuli Selatan (ANTARA) - Kemajuan dan kecanggihan teknologi di era globalisasi sudah membawa perubahan terhadap kebudayaan manusia.
Gaya "tempo doeloe" mulai ditinggalkan ke gaya modern, hingga budaya nusantara warisan leluhur mulai terkikis oleh zaman, tak terkecuali di Tapanuli Selatan (Tapsel) Sumatera Utara.
Pengaruh barat dan majunya teknologi memicu banyak generasi muda yang tidak lagi tertarik menjaga budaya warisan leluhur.
Tentu, ketidaktertarikan ini harus menjadi perhatian elemen masyarakat baik pihak pemerintah, swasta, serta pemangku kepentingan lainnya.
Kolaborasi berbagai elemen sangat diharapkan. Bagaimana masyarakat Indonesia tak terkecuali generasi muda Tapanuli Selatan tetap dapat menjunjung tinggi serta cinta akan adat budayanya.
Oleh karenanya, kita semua pun patut merasa bangga bilamana generasi muda Indonesia masih cinta dan menjaga bahkan melestarikan budaya sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur-nya.
Tanggung jawab moral
Sebagai bagian dari tanggung jawab moral, PT Agincourt Resources (AR) kini perhatian agar warisan leluhur yang mulai tergerus oleh zaman tetap dapat terpatri dalam jiwa dan raga generasi muda khususnya di lingkungan kerjanya.
Ternyata, tidak saja berkepentingan menggali potensi sumber daya alam, pengelola Tambang Emas Martabe juga intens menanamkan warisan budaya leluhur kepada generasi muda agar tidak lekang oleh waktu.
Lewat sanggar seni Sopo Daganak, di Desa Napa, Kecamatan Batang Toru, Tapsel, belasan anak remaja kini aktif dilatih memainkan dua alat musik tradisional yakni Gordang (Gendang) Sembilan warisan Budaya Batak Mandailing dan juga Gondang Toba warisan Batak Toba.
Pada setiap hari Rabu dan Kamis setiap minggunya, belasan anak remaja yang sengaja direkrut dari 14 desa Lingkar Tambang aktif dilatih memainkan kedua jenis kelompok alat musik tradisional tersebut.
Manajemen PT AR sengaja melibatkan tim dari Dewan Kesenian Tapsel untuk memberikan pelatihan kedua kelompok alat musik dengan tujuan regenerasi seni budaya warisan leluhur yang patut dijaga ini tetap lestari ke depan.
Tampaknya, PT AR menyadari betul betapa krusial para generasi muda Tapsel agar dapat menjaga dan melestarikan warisan budaya nusantara agar tidak lekang dari pengaruh budaya barat yang semakin hari menjadi perhatian semua pihak.
Menurut pihak manajemen PT AR, perhatian mereka menciptakan upaya regenerasi muda cinta akan seni budaya sendiri ini sudah sejak Tahun 2018 silam.
Kedua alat musik tradisional (gordang sembilan dan gondang toba) yang dulunya dimainkan di acara saklar, yang sekarang sudah acap kali tampil dalam acara perkawinan maupun penyambutan tamu.
Bagi yang ingin menyaksikan langsung penampilan pelatihan anak remaja itu, boleh silahkan saja datang ke sanggar seni Sopo Daganak atau gelanggang pertunjukan terbuka (amphitheatre) yang dibangun megah PT AR.
Desain gedung Sopo Daganak sendiri perpaduan konsep modern yang menonjolkan local wisdom atau kearifan (budaya) lokal untuk memfasilitasi serta mendukung kreativitas para kawula muda berekspresi.
Apresiasi
"Kami patut berterima kasih kehadiran PT AR yang menjadikan animo kawula muda khususnya di Lingkar Tambang semakin cinta adat budayanya," kata Dastri Sejoli Dahyuni (25), Kordinator Sanggar Seni Sopo Daganak.
PT AR, menurut dia, berhasil menyadarkan bahkan menyelamatkan kalangan kawula muda di wilayah itu agar tetap menghormati warisan leluhur di tengah derasnya arus informasi serta teknologi dalam tantangan era globalisasi.
"Belasan anak remaja mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, bahkan ada yang mahasiswa atas kesadaran sendiri dan juga dorongan para orangtua untuk giat berlatih di dua kelompok musik tradisional ini," katanya.
Untuk kelompok Gordang Sembilan sedikitnya melibatkan 23 orang personel (yakni 8 orang pemukul gendang semacam bedug dengan ukuran berbeda), satu orang pemukul 'ogung', dan dua orang masing-masing memainkan alat bernama 'kalempong' dan 'tali sayat'.
Sedang untuk pelatihan alat kesenian tradisional Gondang Toba dengan melibatkan satu orang memainkan alat bernama 'taganing', 'ogung' (tiga orang), 'kasapi' (1 orang), 'garattung' (1 orang), dan seruling (1 orang).
Selain tempat berlatih, seluruh tim pelatih Gordang Sembilan - Gendang Toba dari Dewan Kesenian juga mendapat fasilitas (honor) dari PT AR termasuk honor.
"Semoga hal ini menjadi motivasi tumbuhnya PT AR PT AR lainnya dalam melakukan pembinaan terhadap generasi muda di wilayah kita ini," harap Dasti.
Selamatkan warisan budaya
Riswan Hasibuan, salah satu pelatih kelompok Gordang Sembilan, juga mengaku sangat bersyukur tingginya atensi PT AR yang peduli untuk penyelamatan akan warisan budaya Indonesia.
"Peran budaya sebenarnya sangat penting dalam memajukan satu daerah (bangsa) dan kehidupan peradaban. Nah, hal ini pula lah yang menjadi dasar perhatian PT AR, yang terus berupaya menciptakan regenerasi-regenerasi peduli adat budaya agar tidak terkikis oleh kemajuan zaman," kata Riswan.
Riswan menyatakan, selain pelestarian budaya, kegiatan ini juga dalam rangka membangun mental serta upaya meminimalisir pengaruh anak-anak muda Tapsel jauh dari budaya luar dan hal yang tidak berguna.
Sejauh ini Amada empat orang pelatih yang mendapat perhatian PT AR, selain Riswan Hasibuan dan Ali Arden, keduanya pelatih Gordang Sembilan, serta Pardamean Manalu dan Andreas Nainggolan (pelatih Gendang Toba).
Sejak 2018 mulai pelatihan, sudah banyak alumni-alumni dari balik Gedung Sanggar Seni Sopo Daganak tersebut. Soalnya setiap dalam satu tahun setelah berlatih diyakini sudah mampu tampil.
"Anak-anak didik kita sudah sering tampil dalam event Pekan Raya Sumatera Utara, HUT Tapanuli Selatan, acara-acara resmi di Polres Tapsel dan PTPN III, bahkan hingga penyambutan tamu-tamu agung," sebut Riswan bangga.
Para generasi muda pelestarian budaya warisan leluhur di Bumi "Dalihan Natolu" ini juga berharap dukungan penuh pemerintah dalam hal mendukung musik tradisional. Seperti membuat event tahunan seni budaya tradisional.
Dikatakan, budaya nusantara juga telah menjadi magnet bagi wisatawan baik domestic maupun mancanegara karena keunikannya. Sehingga diharap Tapsel juga dapat menjadi tujuan wisata.
Betapa pentingnya budaya nusantara dapat terjaga, sebab budaya nusantara juga sebagai identitas Bangsa Indonesia, warisan leluhur yang tak ternilai harganya.
"Kami optimis sentuhan dan pengembangan budaya akan dapat berdampak terhadap pertumbuhan pribadi atau karakter generasi muda yang memiliki jiwa sosial tinggi, sehingga berdampak positif ke hal yang lain," kata Dastri dan Riswan kompak.