Puluhan gempa itu tercatat selama periode pengamatan sepanjang Selasa (26/12) mulai pukul 00.00 hingga 24.00 WIB.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi Triyono dalam laporan yang diterima di Jakarta, Rabu, menuturkan gempa guguran itu memiliki amplitudo 3 hingga 23 milimeter dengan lama gempa berkisar antara 26,04 sampai 277,6 detik.
Gempa guguran merupakan gerakan yang terekam pada alat seismogram karena fragmen lava jatuh ke bagian bawah akibat gravitasi bumi.
Gempa guguran biasanya terjadi setelah erupsi disebabkan guguran lava yang terjadi pada sistem pembentukan lava.
Baca juga: BPBD: Destinasi wisata di lereng Gunung Merapi masih aman dikunjungi
Baca juga: Gunung Merapi luncurkan 10 kali guguran lava ke Kali Bebeng dan Boyong
Selain gempa guguran, PVMBG mengamati ada empat kali guguran lava ke arah Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 1.200 meter.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.
PVMBG mengimbau masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya Gunung Merapi.
Baca juga: Dinas Pariwisata Sleman imbau pelaku wisata waspada bencana
Baca juga: Ahli geologi ingatkan masyarakat patuhi peta kawasan rawan bencana
Baca juga: BNPB minta waspadai potensi bahaya guguran lava Gunung Merapi
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Gunung Merapi mengalami 71 gempa guguran