Jakarta (ANTARA) - Seorang wanita mengeluh tak bisa tidur selama tiga hari usai meminum secangkir kopi susu. Keluhan itu disampaikan si wanita saat mengikuti sebuah workshop yang digelar pendiri usaha kopi Coffeenatics, Harris Hartanto, di kedainya, Jl. Teuku Cik Ditiro, 8K Medan pada suatu hari.
Mendengar keluhan itu Harris menduga biji kopi yang diminum si wanita merupakan robusta. Meminum satu cangkir robusta sama dengan meminum tiga cangkir arabika. Kandungan kafein robusta lebih banyak dibanding arabika dan ini membuat rasa kopi robusta cenderung lebih pahit dibanding kopi arabika.
Dia lalu menyarankan si wanita menghindari kopi dengan biji robusta dan memilih arabika 100 persen. Si wanita lalu mengatakan tak tahu cara membedakan kedua biji kopi ini.
Harris kemudian meminta si wanita membiasakan diri untuk bertanya pada penjual kopi mengenai biji kopi yang digunakan terutama apabila informasi mengenai ini tak tersedia.
Sebenarnya, bukan hanya mengenai jenis biji kopi, namun asal biji itu, termasuk lokasi produksi, juga menjadi informasi yang berharga bagi konsumen. Bagi Harris hal ini merupakan sebuah perwujudan transparansi pada konsumen dan telah dia praktikkan melalui jenama usaha kopinya.
Dia membuat semacam kartu profil yang berisi informasi asal biji kopi, lokasi produksi, pemilik ladang kopi dan konsumen bisa menemukannya bila berkunjung ke kedai. Salah satu kartu profil ini memuat informasi tentang kopi Gayo yang varietas Ateng Super dari Paya Baning, Aceh yang diproses secara alami.
Harris mengaku lebih fokus pada produksi kopi lokal dan untuk itu dia bekerja sama dengan ratusan petani kopi dari berbagai lokasi di Indonesia antara lain Aceh, Simalungun, dan Karo, Sumatra Utara baik secara langsung maupun memanfaatkan koperasi di wilayahnya.
Dia memberdayakan mereka, salah satunya melalui Program Adopsi Ladang demi membantu mereka mengontrol kualitas biji kopi sekaligus membantu meningkatkan perekonomian petani.
Lima tahun setelah usahanya stabil, Harris mulai membeli biji kopi dari petani dengan harga tertinggi terlepas dari baik atau tidaknya biji kopi itu dengan harapan setiap tahun mereka akan lebih baik.
"Grade 1 misalnya Rp150 ribu, grade 2 Rp130 ribu, saya enggak mau tahu grade-nya berapa saya beli Rp150 ribu. (Petani) merasa ada sebuah komitmen, kadang 50 persen down payment (DP). Ini jadi sebuah program adopsi," tutur dia.
Berbicara upaya melanggengkan usaha, maka tak lepas dari inovasi dan ini sesederhana soal kemasan. Dia ingin produk kopi miliknya bisa tersedia dalam berbagai bentuk sehingga menghadirkan kemasan kopi kapsul, sachet, dan siap minum. Ini sesuai dengan komitmen yang dia buat sejak awal mendirikan usaha kopi pada tahun 2015, selain terjangkau dan berkualitas.
Selain membuka kafe di Medan, Harris juga berjualan secara daring melalui Tokopedia dan menggunakan Dilayani Tokopedia untuk memperluas jangkauan pasar. Sejak bergabung dengan Tokopedia, transaksi tokonya mengalami peningkatan hingga 3,5 kali lipat per tahun.
Dia memanfaatkan toko daring ini bukan hanya demi menjual produk kopi, tetapi juga alat-alat yang dibutuhkan dalam meracik sebuah minuman kopi, menyasar kafe-kafe kopi.
"Gunakan satu platform untuk serving dua konsumen, bisnis ke konsumen dan bisnis ke bisnis. Semua kafe yang menjamur itu teman kami. Kami tawarkan biji kopi, mungkin mereka mau," kata Harris.
Corporate Affairs Senior Lead Tokopedia, Rizky Juanita Azuz berpendapat digitalisasi saat ini merupakan sebuah kebutuhan bagi pegiat UMKM lokal seperti Harris untuk menjangkau pasar lebih luas. Terlebih, kopi lokal memiliki potensi ekonomi yang luar biasa.
Kemudian, sambung dia, sejalan dengan upaya pemerintah meningkatkan jumlah pelaku usaha di Indonesia, perusahaannya terus menggencarkan inisiatif Hyperlocal agar lebih banyak pelaku usaha termasuk UMKM kopi di Medan bisa menciptakan peluang lewat pemanfaatan kanal digital.
Menurut dia, layanan Dilayani Tokopedia yang merupakan salah satu manifestasi Hyperlocal memungkinkan penjual menitipkan produk di gudang pintar Tokopedia pada wilayah dengan permintaan tinggi agar penjual tidak perlu pindah ke ibu kota untuk menjangkau pasar yang luas, dan pembeli bisa mendapatkan produk tersebut dengan lebih cepat dan efisien.
Tokopedia mencatat adanya peningkatan jumlah penjual dan transaksi yang memanfaatkan gudang pintar Dilayani Tokopedia di Sumatra Utara termasuk Medan dan sekitarnya sebesar lebih dari 2,5 kali lipat.
Head of Corporate Affairs Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya mengatakan insiatif Hyperlocal akan terus menjadi kiblat perusahaannya. Selain Dilayani Tokpedia, manifestasi lain Hyperlocal yakni Kumpulan Toko Pilihan (KTP) yakni halaman kurasi produk dari penjual terdekat dari lokasi pembeli.
Data mencatat, jumlah transaksi di Sumatra Utara termasuk Medan dan sekitarnya meningkat hampir 1,5 kali lipat pada Mei 2023 dibandingkan rata-rata bulanan selama 2023 (Januari-April) karena adanya kampanye KTP.
"Harapannya, semakin banyak panggung yang bisa dimanfaatkan bagi para pelaku usaha. Dari sisi inovasi, harapannya kami bisa terus menggulirkan inovasi yang selalu relevan," kata dia.