Medan (ANTARA) - Anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan meminta Kemendikbudristek untuk memperbanyak guru penggerak guna memaksimalkan Kurikulum Merdeka yang saat ini diterapkan pada peserta didik.
"Programnya sudah sangat bagus. Cuma kendalanya adalah pada SDM guru. Oleh karena itu, cara mengatasinya adalah bagaimana kita memperbanyak guru penggerak," kata Sofyan Tan di Medan, Sabtu.
Ia mengatakan saat ini hampir 80 persen sekolah di Tanah Air sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. Karena, dengan kurikulum tersebut tidak membebani secara administrasi kepada guru, sehingga mereka lebih enjoy dalam memberikan pengajaran kepada peserta didik.
Menurut dia, guru penggerak adalah sosok yang benar-benar memahami Kurikulum Merdeka, dengan keilmuannya dia bisa sebagai narasumber bagi guru-guru dari sekolah lain untuk memaksimalkan Kurikulum Merdeka.
"Artinya, guru penggerak itu harus terus diperbanyak. Itulah yang harus dilakukan Kemendikbudristek. Karena luasnya wilayah Indonesia, juga menjadi salah satu kendala," katanya.
Ia mendorong dan mendukung pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk meningkatkan SDM tenaga pendidik.
"Karena pembangunan infrastruktur tanpa diimbangi pembangunan gurunya, tidak ada artinya. Jadi, dengan kapasitas saya sebagai anggota dewan tetap berupaya menjaga lancarnya Kurikulum Merdeka itu, termasuk bagaimana guru penggerak itu terus bertambah," katanya.
Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, Zulfikri menyatakan lingkungan sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi peserta didik, sehingga siswa akan merasa nyaman mengikuti proses pembelajaran dan selanjutnya menemukan dunianya di sekolah tersebut.
"Melalui Kurikulum Merdeka diharapkan dapat diwujudkan sebagaimana yang diharapkan bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara yang menyebutkan bahwa pendidikan itu memerdekakan manusia secara lahir dan batin," katanya..
Ia mengatakan Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, dimana konten lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Demikian juga guru akan memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Dengan Kurikulum Merdeka, kata dia, guru diarahkan lebih banyak mengurus muridnya, sehingga lebih fokus dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran dengan prinsip fleksibel, relevan dan berkeadilan untuk semua siswa.
"Intinya bagaimana kita mendorong sekolah menjadi tempat menyenangkan, membahagiakan dan membuat anak cinta belajar sepanjang hayatnya. Kita ingin anak-anak merasa sekolah itu bukan kewajiban, tapi sudah menjadi kebutuhan dan mereka mendapatkan dunianya," kata Zulfikri.