"Jujur saja, dari pengalaman yang sudah-sudah, kami sedikit trauma. Liga 1 yang bermasalah, tetapi Liga 2 yang dihentikan. Kondisi seperti ini membuat kami khawatir," ujar Mulyadi kepada ANTARA di Medan, Minggu.
Satu hal lagi yang masih sulit dilupakan manajemen PSMS dari Liga 2 musim lalu adalah kondisi di mana skuad berjuluk "Ayam Kinantan" berada di posisi pertama klasemen sementara Grup Barat saat kompetisi disetop.
PSMS terlanjur berharap bisa melaju jauh dan mewujudkan target promosi Liga 1.
Baca juga: PSMS: Idealnya Liga 2 dimulai dua minggu setelah "kick off" Liga 1
"Waktu itu kami sudah betul-betul siap semuanya. Eh, tidak tahunya liga berhenti. Klub jadi seperti bermain di liga kampung saja," tutur Mulyadi.
Oleh karena itu, dia berharap PSSI segera memberikan kepastian mengenai pelaksanaan Liga 2 musim 2023-2024, mulai dari jadwal, regulasi hingga operator kompetisi yang disebut-sebut akan terpisah dari Liga 1.Selama kepastian belum ada, Mulyadi menyebut PSMS belum bisa melakukan persiapan yang terjadwal dengan matang.
Mengumpulkan tim, berlatih, bertanding uji coba dan merekrut pemain baru merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat menguras biaya operasional klub jika dilakukan tanpa mengetahui kapan Liga 2 akan berlangsung dan aturan-aturannya.
"Kalau kami terlalu buru-buru menyiapkan tim, alokasi yang dikeluarkan lumayan banyak," kata Mulyadi.
Baca juga: Manajer PSMS anggap wajar eksodus pemain ke klub Liga 1 Indonesia
PSSI berencana melangsungkan Liga 2 pada November 2023-Juni 2024 dan mengganti nama kompetisi tersebut menjadi Liga Nusantara.
Kebijakan PSSI itu sesuai dengan masukan seluruh atau 28 klub peserta Liga 2 Indonesia 2022-2023 dalam kegiatan Sarasehan Sepak Bola di Surabaya, Jawa Timur, 4 Maret 2023.
Akan tetapi, dalam prosesnya, beberapa klub Liga 2 termasuk PSMS tidak sepakat jika sepak mula musim baru dilakukan November 2023 karena menganggapnya terlalu lama.