Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis saraf RSUP Fatmawati dr. Arfan Mappalilu mengatakan bahwa HIV dapat berdampak pada sistem saraf penderitanya atau dikenal dengan istilah neuro HIV, yang salah satu gejalanya adalah sering merasakan kebas.
"Jarang yang mengetahui kadang-kadang terkena sistem saraf, baik sistem saraf pusat maupun sistem saraf perifer," ujar Arfan Mappalilu dalam diskusi virtual Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan yang diikuti dari Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan, yang dimaksud neuro HIV adanya keterlibatan sistem saraf sebagai dampak infeksi HIV, baik sistem saraf pusat atau otak maupun tulang belakang dan sistem saraf perifer seperti yang ada di lengan.
Baca juga: Penderita HIV/AIDS di Sumut capai 13.150 jiwa
"Ketika virus HIV masuk ke dalam tubuh sampai dengan timbulnya gejala dari penyakit yang dikenal sebagai AIDS bisa memerlukan waktu 5-10 tahun," katanya.
Menurut dia, gejala HIV memiliki berbagai macam dengan paling banyak menyerang sistem organ di luar saraf.
"Namun, tidak jarang juga menyerang sistem saraf terutama otak. Kalau sudah sampai ke otak ini bukan virus HIV langsung yang menyerang otak tetapi kondisi tubuh yang daya tahan tubuhnya sudah minimal membuat kuman-kuman masuk, baik virus, bakteri, maupun jamur yang dapat juga menyerang otak," katanya.
Arfan mengatakan yang paling banyak ditemukan adalah kuman TB dan toksoplasma. Dalam jumlah sedikit terdapat pula yang terinfeksi jamur dan herpes simplex virus (HSV).
Ia mengatakan, gejala AIDS yang menyerang sistem saraf seperti sering mengalami kesemutan dan kebas. Ada juga pasien yang sudah merasakan gangguan pada sistem kognitif.
"Kalau gejala-gejala ringan seperti ini seringkali pada awal-awal diabaikan oleh penderitanya," kata dia.