Medan (ANTARA) - Antusiasme terlihat dari 50 peserta pelatihan tentang keamanan pangan yang diselenggarakan oleh Politeknik Pembangunan Pertanian Medan [Polbangtan] bekerjasama dengan Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang (MAFF) yang memperkenalkan manajemen keamanan pangan [Food Safety Management] sebagai bentuk standarisasi untuk menjamin keamanan produk pangan di sejumlah negara maju seperti Jepang.
Pelatihan kali ini merupakan fase 3 dari ASEAN - MAFF Project bagi pengembangan SDM pertanian yang digelar oleh sejumlah universitas negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Mulai dari dosen, peneliti, pemangku kebijakan, industri, petani serta mahasiswa di Indonesia terlibat aktif dalam pelatihan yang digelar selama dua hari mulai tanggal 14 - 15 April 2022 ini.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo memastikan ketersediaan pangan aman dan terus mengecek stok dari lokasi panen hingga distribusi bahan pangan ke pasar. Tak hanya memastikan stok pangan dan harga aman, aspek keamanan pangan pun menjadi salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
Seperti kita ketahui keamanan pangan merupakan prasyarat bagi produk pangan bermutu, oleh karenanya keamanan pangan telah menjadi perhatian konsumen pangan.
"Konsumen menuntut adanya pemastian keamanan bagi produk pangan yang dihasilkan oleh industri. Tanpa itu, maka industri tersebut tidak akan bisa masuk dalam kancah persaingan perdagangan, apalagi perdagangan internasional," kata Mentan Syahrul.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi menyoroti kapasitas dan kompetensi SDM pertanian menghasilkan produk pangan yang terjamin keamanannya sebagai prasyarat utama.
"Dengan kata lain, untuk produk pangan, tidak ada artinya berbicara citarasa dan nilai gizi, atau pun sifat fungsional yang bagus apabila produk tersebut tidak aman dikonsumsi," katanya.
Direktur Polbangtan Medan, Yuliana Kansrini apresiasi dukungan ASEAN - MAFF Project for Human Resources Development in Food - related Area Through Patnership with Universities in ASEAN region Phase 3 pada kegiatan pelatihan selama dua hari tersebut.
"Kementan mengapresiasi kesempatan dan kerjasama antara pemerintah Indonesia dan ASEAN melalui MAFF Project," katanya melalui virtual meeting.
Hadir sebagai narasumber, Daisuke Hamanaka, Associate Professor Departemen Ilmu Pangan dan Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Kagoshima, Jepang. Sementara pelatihan dibuka oleh Takeshi Okuma, Direktur Food Industrial Corporate Affairs Office MAFF Jepang.
Daisuke Hamanaka mengungkap tentang isu keamanan pangan, sebagai hal yang krusial di sejumlah negara tak terkecuali Indonesia, yang merupakan salah satu negara eksportir pangan di kawasan ASEAN.
"Jepang memperkenalkan Food Safety Management, salah satu bentuk standarisasi untuk menjamin keamanan pangan produk pangan. FSM ini dapat diaplikasikan bagi industri-industri pangan," kata Daisuke.
Sementara Takeshi Okuma mengingatkan tentang skor Global Food Security Index [GFSI] yang menyebut keamanan pangan Indonesia masih sangat rendah, pada 2022 berdasarkan skor GFSI, keamanan pangan Indonesia disebut masih sangat rendah.
"Karena itu, pelatihan ini menjadi sangat penting untuk membuka wawasan dan pegetahuan serta dapat memberikan masukan yang konstruktif bagi para pemangku kebijakan, pelaku industri di Indonesia untuk meningkatkan keamanan pangan Indonesia," katanya.
Pelatihan dilaksanakan selama dua hari. Hari pertama membahas HACCP, GFSI, dan JFSM dilanjutkan working grup langkah 1 - 12 HACCP. Hari kedua membahas Responsibility and Role of the Quality Assurance Department, proses audit dan dokumen yang diperlukan saat audit yang juga digelar kegiatan working group, yang diikuti antusias oleh peserta pelatihan.