Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memaparkan soal pemikiran geopolitik Bung Karno kepada mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).
Hasto saat mengisi Kuliah Umum bertema "Indonesia Dalam Geopolitik Global" di aula kampus USU, Medan, Senin (14/3), menjelaskan, bahwa pemikiran geopolitik Soekarno bertumpu pada sejumlah prinsip.
Hasto saat mengisi Kuliah Umum bertema "Indonesia Dalam Geopolitik Global" di aula kampus USU, Medan, Senin (14/3), menjelaskan, bahwa pemikiran geopolitik Soekarno bertumpu pada sejumlah prinsip.
Pertama, doktrin geopolitik Indonesia sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945. Bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Baca juga: Rektor USU lantik 3.335 wisudawan
Baca juga: Rektor USU lantik 3.335 wisudawan
Kedua, pemikiran kemerdekaan Indonesia untuk membangun persaudaraan dunia: yang bebas dari imperialisme dan kolonialisme.
Ketiga, menekankan pada supremasi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemanusiaan, pembebasan (kemerdekaan), keadilan dan perdamaian dunia.Dan keempat, kata dia, geopolitik Indonesia bukan untuk memperluas wilayah, melainkan basis persatuan Indonesia untuk tatanan dunia baru berdasarkan Pancasila. Namun, apakah prinsip itu masih relevan?
"Geopolitik itu tak pernah berubah. Yang berubah hanya bentuk penguasaan sumber dayanya. Kalau dulu misalnya perebutan komoditas dan sumber daya energi. Sekarang kolonialisme bisa berbentuk kolonialisme data," kata Hasto dalam siaran persnya, yang diterima di Jakarta.
Kini dunia dihadapkan pada perkembangan geopolitik baru. Ada persoalan Rusia dan Ukraina, kondisi di Timur Tengah, hingga dinamika di Laut Tiongkok Selatan.
Oleh karena itu, para mahasiswa Indonesia saat ini perlu mendalami sejarah dan pengalaman sebenarnya yang sudah dilakukan di era Soekarno. Bagaimana para pendiri bangsa Indonesia sudah pernah menunjukkan ke dunia, bahwa Pancasila adalah "the ultimate world ideology".
"Pancasila adalah suatu konstruksi tata dunia baru pasca-perang dunia II yang dipelopori oleh Indonesia. Ini yang harus diimpikan mahasiswa Indonesia, 25 tahun ke depan seperti apa. Kalau anda ingin jadi pemimpin masa depan Indonesia, lakukan apa yang dilakukan pendiri bangsa itu. Anda harus memahami 'national view', 'regional view', dan 'international view'," kata Hasto.
Maka, kampus saatnya menjadi pusat kemajuan, pusat penguasaan ilmu dasar, kebudayaan, pemahaman bahwa Indonesia adalah "a great nation".
Mahasiswa Program Doktoral Universitas Pertahanan (Unhan) RI ini pun meminta para mahasiswa Indonesia untuk berani berimajinasi dan memupuk spirit kepemimpinan Indonesia di tingkat dunia. Seperti yang pernah ditunjukkan oleh para "founding fathers" Indonesia: Soekarno, Hatta, dan para tokoh nasional lainnya.
"Mahasiswa jangan pernah takut berimajinasi. Semasa masih muda, bangunlah imajinasi dan spirit itu," kata Hasto Kristiyanto.
Sementara itu, Rektor USU Muryanto Amin mengatakan kuliah umum yang disampaikan Hasto mengenai geopolitik Bung Karno membuka arti pentingnya pemahaman ilmu tersebut bagi para mahasiswa Indonesia.
Menurut dia, seorang Soekarno yang aslinya berlatar belakang ilmu arsitek, namun juga justru mendalami ilmu geopolitik hingga menjadi Bapak Proklamator bangsa.
"Kita akhirnya memahami bahwa ternyata geopolitik mempengaruhi apapun yang kita dalami di ilmu-ilmu lainnya. Substansi geopolitik memang substansinya di ilmu sosial. Namun ada keterkaitan semua disiplin ilmu ketika hendak diwujudkan dalam kebijakan," katanya.
USU pun berencana menggelorakan kembali agar ilmu geopolitik masuk menjadi mata kuliah wajib di semua program studi.
"Ini akan menjadi mata kuliah wajib di program studi lainnya. Sehingga anak kedokteran sekalipun harus memahami geopolitik. Ini penting, sehingga kita semakin memperkuat keindonesiaan kita dengan keberagaman itu, bukan didominasi satu identitas semata. Generasi ke depan harus memahami keberagaman dan geopolitik Indonesia sehingga kita tak mudah diceraiberaikan oleh pihak yang luar yang berusaha memanas-manasi," paparnya.
Hadir dalam kegiatan itu, antara lain, Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP Sofyan Tan, Deddy Yevri Sitorus Wali Kota Medan Bobby Nasution, Bupati Serdang Bedagai Darma Wijaya, Wakil Bupati Humbahas Oloan Nababan, Wali Kota Gunungsitoli Lakhomizaro Zebua, dan Bupati Batubara Zahir.
Juga hadir Ketua DPD PDIP Sumut Rapidin Simbolon, Sekretaris DPD PDIP Sutarto, Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting.