Tapanuli Tengah (ANTARA) - Peserta Sekolah Lapang Gempa Bumi (SLG) yang digelar BMKG di Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Rabu ( 29/9), mendapat penjelasan tentang 12 Indikator Masyarakat Siaga Tsunami Unesco-IOC.
Menurut Tri Wibowo selaku pemateri dari BMKG Pusat menjelaskan ke 12 indikator itu, yaitu:
1. Memiliki peta bahaya tsunami.
2. Memiliki informasi perkiraan jumlah orang yang berada di wilayah bahaya tsunami.
3. Memiliki papan informasi publik tentang gempa dan tsunami.
4. Memiliki inventaris sumberdaya ekonomi, infrastruktur, politik dan sosial untuk pengurangan resiko bahaya tsunami.
5. Memiliki peta evakuasi tsunami yang mudah dimengerti yang disusun bersama dengan pihak berwenang berkolaborasi dengan masyarakat.
6. Memiliki materi pendidikan dan kesiapsiagaan yang didistribusikan.
7. Memiliki kegiatan pendidikan dan kesiapsiagaan secara rutin.
8. Melakukan pelatihan tsunami secara rutin.
9. Memiliki rencana operasi darurat tsunami.
10. Memiliki kapasitas untuk melaksanakan rencana operasi kedaruratan.
11. Memiliki kemampuan menerima info gempa dan peringatan dini tsunami 24 jam 7 hari.
12. Memiliki kemampuan menyebarluaskan info gempa dan peringatan dini tsunami 24 jam 7 hari.
Baca juga: Bupati sampaikan nota keuangan Rancangan Perubahan APBD Tapsel 2021
Selain memaparkan 12 indikator siaga tsunami, Tri Wibowo juga menjelaskan keuntungannya, yaitu: Daerah tersebut diakui secara internasional sebagai masyarakat tsunami ready. Menjadi contoh internasional dari praktek-praktek yang baik. Dan berdampak terhadap ekonomi, sosial, dan politik.
"Artinya, jika suatu daerah masyarakatnya sudah ready tsunami, maka investasi akan masuk karena daerah itu sudah tanggap tsunami. Dan itu akan berdampak terhadap ekonomi, pariwisata, sosial dan politik serta sektor lainnya," ungkap Tri.
Selain Tri, juga ada pemateri lainnya, Gloria Simangunsong yang juga dari BMKG Pusat.
Dalam materinya tentang kesiapan menghadapi gempa bumi dan tsunami, Gloria menjelaskan perlunya pemahaman dan mengenal wilayah evakuasi jika terjadi gempa dan tsunami. Dan salah satu tujuan SLG dilaksanakan, untuk menjelaskan akan pemahaman masyarakat akan wilayah bencana dan daerah evakuasi.
"Sampai saat ini belum dapat diprediksi kapan bencana atau tsunami terjadi. Yang bisa kita deteksi itu adalah tanda-tandanya. Untuk itulah masyarakat jangan percaya kalau ada informasi yang menyebutkan akan terjadi gempa bumi atau tsunami pada hari dan tanggal yang ditentukan. Itu adalah hoaks" tegasnya.
Ada pun yang menjadi pesera SLG ini adalah, masyarakat Tapteng khususnya daerah Barus, instansi pemerintah, TNI-Polri, Diskominfo, BPBD Tapteng.
Sekolah Lapang Gempa Bumi (SLG) ini digelar selama dua hari, Rabu-Kamis (29-30/9) di Aula Andam Dewi, Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, yang dibuka langsung oleh Deputi Bidang Geofisika, DR. Ir. M. Sadly. secara Daring.