Medan (ANTARA) - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero) dan PT Angkasa Pura Aviasi menyelenggarakan kegiatan Market Sounding “Peluang Investasi Di Bandara Internasional Kualanamu” secara daring, Kamis (16/9).
Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Nurul Ichwan mengapresiasi PT Angkasa Pura Aviasi atas semangatnya melakukan sosialisasi peluang investasi yang dimilikinya pada kondisi pandemi COVID-19.
"BKPM mendukung penuh pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh PT Angkasa Pura Aviasi." tambahnya.
Menurut dia, Bandara menjadi salah satu infrastruktur vital yang berdampak pada sistem konektivitas dan logistik, pertumbuhan penumpang, pesawat, dan kargo perlu diimbangi dengan sistem terintegrasi dengan teknologi.
Kemudian, sarana-prasarana pendukung yang memadai dan konsep airport city, sehingga tidak hanya dapat meningkatkan pelayanan kepada pelanggan namun juga dapat mewujudkan konsep bandara masa depan sebagai infrastruktur multimoda dan multifungsi yang dapat mendorong pengembangan kawasan di sekitarnya.
Terlebih pada masa pandemi COVID-19 ini, pelayanan infrastruktur bandara untuk meningkatkan iklim investasi sangat dibutuhkan padahal kondisi bisnis bandara sedang turun.
Oleh karenanya, pengelolaan infrastruktur transportasi udara dituntut untuk mampu berinovasi dalam pengembangan bisnis agar dapat terus memberikan pelayanan.
Pada kesempatan ini PT Angkasa Pura Aviasi menjabarkan tiga proyek infrastruktur yang di tawarkan yaitu Airport City (luas lahan ±135 Ha), E – Commerce Center Warehouse, yang memiliki luas lahan ±2 Ha, Integrated Commercial Area- Factory Outlet and MICE (luas lahan ±20 Ha).
“Dengan adanya ketiga proyek yang ditawarkan tersebut, kami yakin dapat mendukung pengelolaan bandara sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara maupun Indonesia.
Market Sounding ini merupakan tahapan awal dalam penyiapan 3 (tiga) proyek infrastruktur yang ditawarkan oleh PT Angkasa Pura Aviasi yang bertujuan untuk mendapatkan masukan (feedback) serta mencari mitra strategis dalam pengembangan bisnis proyek infrastruktur yang ditawarkan tersebut.
President Director AP II Muhammad Awaluddin mengatakan kegiatan ini untuk mendorong ketertarikan investor untuk terlibat dalam pengembangan Bandara Kualanamu dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.
“Kami berharap akan ada sebuah ketertarikan dari para investor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya Sumatera Utara melalui potensi bisnis di kawasan Bandara Kualanamu,” jelasnya.
Pada kesempatan lain, Direktur PT Angkasa Pura Aviasi Haris menyampaikan strategi PT Angkasa Pura Aviasi dalam masa pandemi COVID-19 ini terus berupaya melakukan kegiatan pengembangan bisnis di Bandara Internasional Kualanamu sebagai pintu gerbang Indonesia wilayah Barat.
“Pada saat situasi pandemi COVID-19 seluruh industri penerbangan sangat terdampak, namun hal itu tidak menjadi pantang surut bagi kami selaku anak usaha plat merah yang diberi mandat dalam mencari mitra strategis dalam mengembangkan lahan Bandara Internasional Kualanamu menjadi lahan komersial terpadu. Pengembangan kawasan airport city yang dapat bersinergi dengan mitra-mitra potensial," ujar Haris.
Ke depannya kapasitas terminal penumpang bandara Internasional Kualanamu akan di tingkatkan mencapai 40 juta penumpang per tahun dimana saat ini di masa PPKM Level 3 di situasi pandemi COVID-19 Bandara Internasional Kualanamu melayani sekitar 2.000 s.d 3.000 penumpang, sedangkan masa norma melayani berkisar 9 – 11 juta penumpang per tahun.
Menurut Haris, pertumbuhan angkutan kargo cukup besar hal ini didukung dengan data angkutan kargo di Bandara Internasional Kualanamu dalam tiga tahun terakhir yang mencapai rata rata 50.000 ton dalam setahun.
“Indonesia memiliki demand yang besar untuk pasar e-commerce. Apalagi sebagai negara yang terdiri dari pulau-pulau, pasar ini bisa dikembangkan lagi, dengan adanya kolaborasi antara pemangku kepentingan maupun mitra usaha dalam bersama mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu nanti menjadi salah satu pergerakan ekonomi (economic driver) di Kawasan barat Indonesia khususnya di wilayah Sumatera Utara”, ujar Haris.
Kegiatan Market Sounding diikuti oleh lebih dari 110 peserta yang berasal dari perusahaan swasta dan BUMN di bidang konstruksi, konsultan, lembaga keuangan, organisasi internasional, jasa kebandarudaraan, hotel, developer/properti, kawasan, logistik/cargo, retail, iklan, baik dari dalam dan luar negeri.