Jakarta (ANTARA) - Atlet para-atletik Putri Aulia merasa bangga bisa tampil di ajang Paralimpiade Tokyo 2020 dan bersaing dengan juara-juara dunia meski belum mampu membawa pulang medali.
"Sangat bangga bisa bersaing dengan juara-juara dunia. Ini pengalaman terbesar saya," kata Putri, dalam konferensi pers virtual, Selasa petang (31/8).
Perempuan asal Sei Rotan, Deli Serdang, Sumatra Utara itu menyampaikan permintaan maaf karena belum mampu meraih medali.
"Saya minta maaf belum bisa memberikan yang terbaik bagi Indonesia," kata atlet kelahiran 23 Juli 1994 itu.
Sebelumnya, Putri Aulia gagal ke final nomor lari 100 meter T13 putri pada Paralimpiade Tokyo 2020 setelah finis ketiga pada babak penyisihan di Olympic Stadium, Tokyo, Selasa pagi.
Putri, yang bersaing pada Heat 3, menempati posisi ketiga dari total enam peserta dengan mencatatkan waktu 12,55 detik, demikian catatan resmi kompetisi.
Seandainya Putri finis pertama atau kedua pada heat tersebut maka bisa bertanding dalam perebutan medali nomor lari 100m yang berlangsung pukul 18.00 WIB.
Baca juga: NPC Sumatera Utara bidik tiga besar Papernas Papua
Elena Chebanu dari Azerbaijan dan Adiraratou Iglesias Fornerino asal Spanyol lolos ke final dengan catatan waktu masing-masing 12,16 detik dan 12,20 detik.
Atas hasil itu, Indonesia tak kunjung beranjak dari raihan tiga medali di
Paralimpiade Tokyo dengan satu perak dan dua perunggu.
Medali perak disumbangkan oleh Ni Nengah Widiasih dari cabang olahraga para-powerlifting kelas 41kg putri, serta dua perunggu dari Saptoyogo Purnomo pada cabang para-atletik nomor 100m putra T37 dan David Jacobs dari cabang olahraga para-tenis meja kelas 10 perorangan putra.
Skuad Merah Putih berpeluang menambah perolehan medali terutama lewat cabang para-badminton, yang akan mulai bertanding Rabu (1/9) besok.
Para-badminton menjadi tumpuan utama dan ditargetkan dapat menyumbang satu medali emas dan satu perak.