Brasilia (ANTARA) - Pemerintah federal Brazil pada Selasa (11/5) menghentikan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca untuk ibu hamil, setelah ibu yang sedang mengandung meninggal akibat stroke, yang kemungkinan berkaitan dengan vaksinasi.
Koordinator program vaksinasi Kementerian Kesehatan, Franciele Francinato, mengatakan kepada wartawan bahwa penundaan itu dilakukan sebagai langkah antisipasi setelah regulator Anvisa mengeluarkan peringatan soal penggunaan vaksin bagi ibu hamil sebelumnya pada hari itu.
Otoritas sedang menyelidiki insiden tersebut. Penundaan itu hanya berlaku untuk vaksin AstraZeneca dan bukan untuk vaksin COVID-19 buatan Sinovac dan Pfizer, yang juga diberikan di negara itu.
Baca juga: Vaksin COVID-19 Sinopharm disetujui WHO
Ibu hamil di Rio de Janeiro itu meninggal setelah menerima suntikan AstraZeneca, menurut Menteri Kesehatan negara bagian terkait, Alexandre Chieppe.
Anvisa menyebutkan perempuan berusia 35 tahun itu, yang dalam masa kandungan 23 minggu, meninggal akibat stroke hemoragik pada Senin, lima hari setelah melakukan pemeriksaan di rumah sakit.
"Efek samping parah akibat stroke hemoragik dinilai sebagai kemungkinan yang berkaitan dengan penggunaan vaksin yang diberikan pada ibu hamil," bunyi pernyataan Anvisa.
AstraZeneca melalui pernyataan menegaskan bahwa ibu hamil dan ibu menyusui dikeluarkan dari uji klinis vaksin COVID-19 mereka. Studi pada hewan tidak memberikan bukti langsung atau pun tidak langsung bahaya tentang kehamilan atau perkembangan janin, lanjutnya.
Anvisa mengaku belum diberitahu efek samping lainnya pada ibu hamil penerima vaksin.
Vaksin AstraZeneca diproduksi dan didistribusikan di Brazil melalui kemitraan dengan lembaga kesehatan masyarakat Fiocruz.
Presiden Fiocruz Nisia Trindade mengatakan kepada wartawan bahwa penundaan itu perlu.
Keputusan pusat untuk menghentikan penggunaan vaksin pada ibu hamil menyusul keputusan serupa oleh negara bagian Rio de Janeiro dan Sao Paulo sebelumnya pada hari itu, merujuk pada rekomendasi Anvisa.
Brazil mengalami wabah COVID-19 paling mematikan kedua di dunia, dengan Kementerian Kesehatan pada Selasa melaporkan bahwa kematian COVID-19 naik menjadi lebih dari 425.000.
Sumber: Reuters