Tapanuli Utara (ANTARA) - Satika Simamora, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Tapanuli Utara membawa rombongan Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian untuk secara langsung mendengarkan keluhan perajin besi di Sitampurung demi solusi pengembangan usaha para perajin.
"Dengan kehadiran Ditjen IKMA Kemenperin, kita akan fasilitasi para perajin untuk mendapatkan pelatihan, pengembangan pemasaran, hingga pengadaan bahan baku sebagaimana dikeluhkan," sebut Satika, di tengah kunjungannya bersama rombongan Ditjen IKMA, Selasa (4/5).
Baca juga: Jaksa tetapkan status tersangka oknum pendamping desa di Taput
Kata Satika, kehadiran rombongan Kemenperin harus dimanfaatkan para perajin untuk menyampaikan keluhannya secara langsung demi memudahkan upaya pengembangan usaha ke depan.
"Mumpung mereka disini, segera buat proposal dan akan segera kita sampaikan," pesan Satika kepada perajin dan Camat Siborongborong, Erwan Hutagalung.
Harapan yang diungkapkan Satika ternyata juga mendasari kedatangan rombongan Kemenperin yang dipimpin Abdullah dari Ditjen IKMA Kemenperin.
"Maksud kehadiran kita di sini juga untuk mendengarkan keluhan para perajin. Kita akan fasilitasi apa-apa kebutuhan para perajin dalam mendukung kebangkitan UMKM," ujarnya.
Dihadapan Satika dan Abdullah, Togap Lumbantoruan, seorang perajin besi Sitampurung, dan sejumlah perajin lainnya mengungkapkan keluhannya.
"Selama ini kami mengandalkan bahan baku per bekas yang tentunya kurang untuk bersaing dengan produk yang menggunakan bahan dari baja," terang Togap.
Disebutkan, ketiadaan bahan baku besi baja yang standar dan juga peralatan modern dalam menempa besi, menjadi kendala yang dialami para perajin.
Hal tersebut setidaknya mengakibatkan produk kerajinan yang dihasilkan tidak mampu bersaing saat dipasarkan ke petani sawit di Pekanbaru, Riau.
"Kami sudah pernah tender ke PTPN , namun produk kita kalah bersaing. Untuk itu kami mohon dibantu pengadaan bahan baku besi baja, alat 'spring hammer', tungku pemasak besi, dan lainnya," pintanya.
Keinginan senada juga disampaikan Ramli Lumbantoruan yang sudah menggeluti usaha penempahan besi sejak 12 tahun lalu.
"Setiap hari kami mampu memproduksi sebanyak 100 buah kampak sawit, alat dodos sebanyak 100 buah, dan agret 40 buah. Namun kita masih kalah saing akibat bahan baku yang digunakan sebatas per bekas," jelasnya.