Jakarta (ANTARA) - Vaksinasi HPV (human papilloma virus) untuk mencegah kanker leher rahim atau serviks sebaiknya didapatkan perempuan sejak dini, tidak perlu menunggu hingga dewasa.
"Usia 9-10 tahun sudah bisa divaksinasi," kata Dokter Kandungan dan Kebidanan Subspesialis Onkologi RS Universitas Indonesia, Dr. dr. Hariyono Winarto, Sp.OG (K), dalam Instagram Live "Cegah Kanker Serviks Sejak Dini", Jumat.
Baca juga: Kadis Kesehatan Tapsel: Vaksin sinovac untuk lindungi diri dari serangan virus
Sistem imunitas anak-anak lebih baik ketimbang orang dewasa, jadi anak perempuan bisa mendapatkan vaksinasi hanya dua kali. Setelah dewasa, vaksinasi HPV harus diberikan sebanyak tiga kali.
Vaksinasi kedua diberikan jeda sebulan setelah suntikan pertama, dan vaksinasi ketiga diberikan enam bulan setelahnya. Sama seperti vaksin lain, penerima suntikan bisa mengalami reaksi secara alergi. Tapi, sama seperti vaksin lainnya yang sudah lazim diberikan kepada masyarakat, vaksin HPV sudah aman, kata dia.
Kanker serviks tercatat sebagai salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang perempuan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Cut Putri Ariane, mengatakan dalam konferensi pers hari kanker, Kamis (4/2), berdasarkan data Globocan 2020 kasus kanker leher rahim di Indonesia sebanyak 9,2 persen.
"Pada tahun 2020, kasus kanker dibandingkan total populasi penduduk sebanyak 273 juta, terdapat 396.914 kasus baru dengan angka kematian hampir tiga perempatnya yaitu 234.511 jiwa," kata Cut.
Sebanyak 213.546 kasus kanker di Indonesia terjadi pada perempuan. Peringkat kasus kanker terbanyak yang dialami oleh perempuan Indonesia adalah 65.858 kasus kanker payudara (30,8 persen) dan kanker leher rahim atau serviks berada pada peringkat kedua dengan jumlah kasus 36.633 (17,2 persen).
Kanker serviks terjadi ketika sel-sel kanker berkembang di leher rahim (serviks), pintu masuk rahim dari vagina. Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV (human papillomavirus) atau virus papiloma manusia).
Dokter Hariyono menjelaskan, proses infeksi virus HPV yang mengakibatkan kanker serviks memakan waktu panjang, antara 7 sampai 15 tahun. Namun, yang sering terjadi adalah orang tidak menyadari dirinya sudah terinfeksi virus dan baru mengetahui setelah terkena kanker.
Sebelum menjadi kanker, ada fase prakanker yang terjadi ketika seseorang terinfeksi HPV. Kelainan ini bisa ditemukan lewat deteksi dini meliputi papsmear, bisa juga IVA (Inspeksi visual dengan asam asetat). Deteksi dini ini sudah digalakkan sebagai program puskesmas. Jika dideteksi sejak fase prakanker, pengobatan bisa segera diberikan.
Dokter itu menyampaikan, sebagian besar infeksi bisa diatasi oleh sistem kekebalan tubuh alami. Namun bila kekebalan tubuh tak mampu melawan, fase prakanker akan terjadi.
"Angka kesembuhan pada fase ini tinggi sekali, hampir selalu bisa disembuhkan di fase ini."
Tidak ada gejala pada fase prakanker, sama halnya dengan kanker serviks stadium awal yang minim tanda-tanda. Bila kanker serviks diketahui sejak dini, kemungkinan sembuhnya lebih besar. Namun, semakin tinggi stadiumnya, angka ketahanan hidup pun menurun.
Papsmear atau vaksin terlebih dahulu?
Hariyono mengatakan, pasien harus diperiksa terlebih dahulu. Bila serviks normal setelah diperiksa, tanpa pap smear pun pasien boleh mendapatkan vaksinasi.
Untuk perempuan yang pernah terinfeksi HPV, vaksin berfungsi untuk mencegah terulangnya infeksi. Perempuan yang sudah aktif secara seksual juga boleh divaksin untuk membangun sistem imunitas tubuh sehingga tidak terjadi reinfeksi. Kendati demikian, vaksin paling efisien untuk orang yang belum pernah melakukan hubungan seks.
HPV juga bisa menimpa pria, bukan cuma perempuan. Oleh karena itu, vaksinasi HPV tidak hanya bisa diberikan kepada kaum Hawa. Dia mengatakan, di beberapa negara sudah ada kebijakan vaksinasi HPV untuk pria.
Bila vaksinasi HPV sudah bisa diberikan sejak anak perempuan berusia 9 tahun, pap smear paling cepat dilakukan setelah berhubungan seks untuk pertama kalinya. Ada beberapa syarat sebelum pap smear, yakni tidak berhubungan intim selama dua hari, juga tidak menggunakan cairan pembersih antiseptik untuk daerah kemaluan.