Jakarta (ANTARA) - Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan penggunaan masker dengan benar menjadi cara murah yang efektif untuk mengendalikan penularan COVID-19.
"Vaksin dan obat itu bukan solusi sebenarnya, entah kenapa itu yang dikejar. Padahal dengan masker itu murah," kata Pandu dalam Editor Meeting The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) yang membahas Ancaman karhutla di Masa Pandemi COVID-19 di Jakarta, Sabtu.
Dalam ilmu wabah atau epidemiologi, ia mengatakan yang dicemaskan dari pandemi COVID-19 adalah keberadaan orang tanpa gejala yang mencapai hampir 80 persen. Mereka tidak terlihat sakit namun di saluran nafasnya mengandung virus corona baru yang tinggi sekali.
Hanya dengan berbicara di rentang jarak satu meter daya tularnya luar biasa bagi orang di sekitarnya, kata Pandu.
Dalam uji empiris penularan COVID-19 di Korea Selatan, menurut dia, diketahui tetesan kecil atau droplet seseorang yang memiliki virus corona baru saat berbicara di ruangan tertutup yang menggunakan penyejuk udara (AC) masih akan melayang di udara, bahkan meski berjarak 10 meter orang lain masih dapat terpapar dan menghirupnya jika tidak menggunakan masker dengan benar.
"Yang enggak pakai masker akan kena semua. Itu uji empiris di Korea Selatan, dan semua barista yang pakai masker saat itu selamat semua," kata Pandu.
Ia mengatakan penetapan zonasi sangat berbahaya jika tes usap atau swab test di setiap daerah rendah ditambah mobilitas penduduk sangat tinggi sehingga risiko penularan tetap tinggi. Zona hijau belum tentu hijau karena pergerakan penduduk yang luar biasa.
Karenanya disiplin masyarakat menggunakan masker dengan benar, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak lebih dari satu meter (3M) menjadi perilaku pencegahan yang harus dilakukan, ujar Pandu.
Efek proteksi melaksanakan 3M tersebut terhadap risiko terinfeksi COVID-19 sangat besar. Dengan mencuci tangan dengan sabun secara benar dapat menurunkan 35 persen risiko tertular, menggunakan masker kain menurunkan 45 persen tertular, menggunakan masker bedah menurunkan 70 persen risiko tertular, dan menjaga jarak minimal satu meter dengan yang lain menurunkan risiko tertular hingga 85 persen.