Medan (ANTARA) - Manajemen PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I melakukan penanaman 1.000 bibit mangrove atau bakau sekaligus membersihkan pesisir pantai dari sampah plastik di Pantai Labu, Sumatera Utara.
"Kegiatan itu dilakukan memperingati Hari Mangrove sedunia tahun 2020. Lokasi kegiatan di Pantai Labu, Deliserdang," ujar Unit Manager Communication, Relation & CSR, Pertamina MOR I, M Roby Hervindo di Medan, Rabu (29/7).
Menurut dia, kegiatan itu diharapkan membuat dan mengajak masyarakat untuk lebih memahami bagaimana pentingnya menjaga pelestarian dan kebersihan di sepanjang pesisir Pantai Labu.
Baca juga: Pertamina salurkan bantuan untuk UMKM di Toba
Keberadaan mangrove, ujar dia, sangat dibutuhkan bagi lingkungan, khususnya di kawasan pesisir.
Data dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mengungkapkan dari 3,4 juta hektare mangrove di Indonesia, 50 persennya dalam kondisi mengkhawatirkan.
Ditambah lagi, tumpukan sampah plastik di pesisir pantai dan kawasan mangrove yang mengganggu ekosistem dan biota laut lainnya.
Roby menyebutkan, sampah plastik hasil pembersihan di pantai dikirimkan ke kelompok binaan Pertamina untuk diolah jadi ecobrick yang bisa dimanfaatkan kembali oleh warga.
Baca juga: Pertamina operasikan lima pertashop baru di Taput
Dia menjelaskan, ecobrick merupakan salah satu metode pengolahan sampah untuk menjadi barang bernilai guna.
Sampah yang tidak bernilai lalu dikumpulkan di dalam bekas botol minum kemasan untuk kemudian dipadatkan dan menjadi material pengganti bata dan produk olahan lainnya seperti meja dan kursi.
"Berbagai kegiatan yang merupakan program pelestarian Taman Swadaya Usaha Masyarakat Bagan Serdang dan Ekowisata Mangrove terangkum dalam program CSR Pertamina yang diberi nama “Masuk Bang Eko”, " ujar Roby.
Fuel Terminal Manager Instalasi Medan Group, Anas Hasan, menjelaskan, konservasi dan pemberdayaan mangrove saat ini sudah memasuki tahun ketiga.
Kegiatan itu terdiri dari empat kelompok Sadar Wisata yang beranggotakan masing-masing sebanyak empat orang.
Selain melaksanakan konservasi, warga juga diberikan pelatihan pengolahan makanan berbasis hasil laut serta mangrove sehingga diharapkan dapat meningkatkan ekonomi lokal.
Menurut dia, hasil pelatihan dan pendampingan tersebut, masyarakat telah mampu menghasilkan beragam jenis produk olahan seperti bakso ikan, nuget, abon ikan, dodol, sirup dan permen mangrove.
Salah satu ketua kelompok sadar wisata, Rahmadsyah, mengaku sangat terbantu dengan program CSR Pertamina MOR I.
Selain hutan mangrove terjaga, penghasilan masyarakat juga bisa bertambah.
"Kalau sebelumnya penghasilan sekitar Rp1,5 juta per bulan, setelah pelatihan pemanfaatan mangrove, pendapatan kami bisa Rp2 jutaan," ujar Rahmadsyah.