Jakarta (ANTARA) - Kapal serbu amfibi milik Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China ((PLA) diperkirakan meluncur bersamaan dengan Taiwan menggelar latihan militer tahunan Han Kuang.
Setelah mengalami kebakaran ringan pada April, kapal China tersebut tidak mengalami kerusakan yang berarti.
Media di China, Rabu, melaporkan bahwa kapal tersebut lebih unggul dari USS Bonhomme Richard, kapal sejenis milik Amerika Serikat, yang terbakar hebat di San Diego pada Minggu (12/7) hingga harus mengalami perbaikan besar.
Baca juga: Presiden Trump akhiri status istimewa Hong Kong, ini alasannya
Baca juga: AS tolak klaim China atas Laut China Selatan
Foto-foto terkini yang beredar di sejumlah media sosial China menggambarkan konstruksi kapal serbu amfibi tipe 075 yang pertama kali meluncur di Shanghai pada September 2019 itu sudah hampir selesai.
Tiang perancah yang digunakan selama proses konstruksi kapal tersebut sudah diturunkan.
Saat ini memasuki tahap pembersihan yang berarti tidak lama lagi akan segera melakukan uji pelayaran, demikian kanal berita berbahasa Mandarin Lianhe Zaobao.
Kemajuan perbaikan kapal China tersebut bersamaan dengan latihan militer tahunan Han Kuang yang digelar Taiwan mulai Senin (13/7).
Para pengamat berpendapat bahwa kapal tipe 075 itu dapat digunakan untuk operasi pasukan reunifikasi yang dilakukan PLA dan berdinasnya kapal tersebut sebagai peringatan kepada pihak Taiwan atas penjualan senjata AS ke wilayah kepulauan di sebelah timur China daratan itu.
Kapal serbu amfibi merupakan jenis kapal perang amfibi yang digunakan untuk pendaratan pasukan ke darat dan mendukung pasukan darat di wilayah musuh melalui serangan amfibi.
Kapal 075 itu diluncurkan di Shanghai pada April lalu, namun pada bulan yang sama terbakar dengan kerusakan minor.
Dibandingkan dengan 075, USS Bonhomme Richard membutuhkan perbaikan besar-besaran karena pemadaman apinya sampai butuh waktu hingga dua hari.
Kecelakaan adalah peristiwa biasa dan terkadang tidak bisa dihindari selama proses konstruksi, namun pencegahan harus tetap diutamakan, demikian pengamat militer China dikutip Global Times.