Jakarta (ANTARA) - Normal yang baru di tengah pandemi adalah adaptasi untuk memutus rantai infeksi COVID-19 bukan menerima keadaan tanpa berbuat apapun, kata relawan medis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dr. Tirta Mandira Hudhi.
"Yang paling penting adalah maksudnya menerima di sini bukan berarti kita salaman dengan COVID-19," kata dr. Tirta dalam konferensi pers Gugus Tugas di Graha BNPB, Jakarta, Rabu.
Menurut dia, menerima normal yang baru adalah berusaha mengontrol infeksinya karena penyakit itu akan selalu ada selama belum ditemukan vaksin atau obat untuk mengentaskannya.
Memutus rantai infeksi masih menjadi satu-satunya cara dan hal itu tetap dilakukan ketika aktivitas masyarakat mulai dilaksanakan.
Baca juga: Biden sebut Trump 'orang sangat tolol' karena tidak memakai masker
Baca juga: Menristek sebut Virus corona di Indonesia ada yang sama dengan di Eropa
Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan cara adaptasi baru. Dia mencontohkan bagaimana sebuah restoran beradaptasi di era normal baru dengan membuat sekat untuk menjaga jarak.
COVID-19, kata dr. Tirta, juga membuat masyarakat kini mulai benar-benar memberlakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang sudah dicanangkan pemerintah selama belasan tahun.
Baca juga: Melihat risiko tertular virus corona dari berbicara
Baca juga: FA putuskan untuk akhiri musim kompetisi Liga Super Wanita
"PHBS ini harus kita laksanakan lebih lanjut, protokol kesehatan kita jalankan sesuai dengan kebijakan pemerintah," kata dia.
Protokol kesehatan yang tetap harus dijalankan adalah menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak satu sama lain di tempat umum.
Jika memang banyak tempat umum seperti pasar dan pusat perbelanjaan akan dibuka, kata dia, maka relawan akan membantu pemerintah dengan memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat untuk melakukan protokol kesehatan dengan salah satunya menjaga kebersihan diri.
Dokter Tirta : Normal baru adalah adaptasi lawan COVID-19
Rabu, 27 Mei 2020 12:39 WIB 1618