Jakarta (ANTARA) - Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mengumumkan sebanyak sepuluh perawat pasien COVID-19 di berbagai rumah sakit di Indonesia, wafat hingga Kamis sore.
"Kami berduka cita atas wafatnya sepuluh anggota perawat dalam tugas kemanusiaan sampai hari ini," kata Ketua DPP PPNI Harif Fadhillah di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Update COVID-19: Positif jadi 3.293 kasus, 252 pasien sembuh
Baca juga: "Rapid test" TKI asal Malaysia pulang ke Sumut semua negatif COVID-19
Harif sebelumnya menegaskan, tidak berkeberatan terhadap penyebutan nama dari perawat pasien virus corona tersebut untuk dipublikasikan.
Harif merinci, perawat yang meninggal dunia di antaranya almarhum Zainal Khabib perawat di PKM Semanding, Tuban, Jawa Timur.
Almarhum Adharul Anam perawat di Rumah Sakit Mitra Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Almarhumah Nuria Kurniasih perawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah.
Almarhumah Nur Putri Julianty perawat di Rumah Sakit Andhika Jakarta.
Baca juga: 500 TKI dari Malaysia yang pulang ke Sumut akan dikarantina di dua lokasi
Sedangkan hingga Senin (6/4) tercatat ada enam perawat yang juga meninggal dunia di antaranya Almarhumah Ninuk Dwi yang bertugas sebagai perawat di ruang ICU Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Selanjutnya adalah Almarhum Sugiarto yang bertugas sebagai perawat tim bedah medis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta.
Almarhum Harmoko sebagai perawat di Puskesmas Tambak Aji.
Almarhumah Letkol (Kowal) Mulatsih perawat Rumah Sakit Marinir Cilandak.
Almarhumah Masyida seorang perawat di Puskesmas Kampung Teleng, Sawah Luntu, Sumatera Barat.
Almarhum Setia Wibowo perawat di Rumah Sakit Premier Bintaro.
"Mereka dirawat dengan status pasien dalam pengawasan (PDP), juga sebelumnya aktif bertugas," katanya.
Harif mengatakan dari sepuluh anggota PPNI yang wafat itu, satu di antaranya telah dinyatakan positif tertular COVID-19 atas nama Almarhum Ninuk Dwi.
"Yang kami tahu sembilan perawat yang wafat berstatus terakhir PDP, karena hasil laboratorium tidak dapat kami akses, kecuali keluarga dan rumah sakit," katanya.