Medan (ANTARA) - Nilai ekspor Sumut hingga November 2019 turun 13,19 persen dari periode sama 2018 atau menjadi 7,050 miliar dolar AS akibat masih berlanjutnya krisis global.
"Januari - November 2018 nilai ekspor masih bisa sebesar 8,122 miliar dolar AS," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Syech Suhaimi di Medan, Kamis.
Menurut dia, krisis global yang masih berlangsung membuat permintaan dari pasar dunia masih menurun.
Ditambah ada perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan RRT yang berkepanjangan membuat permintaan semakin melemah.
Baca juga: Inflasi Sumut 2019 capai 2,33 persen
"Permintaan yang menurun berdampak negatif terhadap ekspor Sumut yakni devisa turun 13,19," katanya.
Dia menjelaskan, penurunan ekspor Sumut terbesar disebabkan oleh menurunnya sektor industri sebesar 14,39 persen.
Di periode 2019, ujar Syech, nilai ekspor sektor industri Sumut tinggal 6,406 miliar dolar AS dari Januari - November 2018 senilai 7,482 miliar dolar AS.
Ekspor sektor pertanian yang masih bisa tumbuh 0,77 persen atau menjadi 644,366 juta dolar AS dari periode sama 2018 yang 639, 464 juta dolar AS.
Pengamat ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU), Wahyu Ario Pratomo, mengatakan ekspor Sumut yang masih didominasi produk industri hasil perkebunan seperti minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan karet memang rentan mengalami fluktuasi.
Untuk itu, katanya, ekspor pertanian perlu didorong terus dan termasuk meningkatkan pemasaran di dalam negeri.
Pemprov Sumut, katanya, tidak boleh tergantung dengan ekspor sehingga harus memperkuat bahan jadi untuk keperluan pasar dalam negeri.