Tapteng (ANTARA) - Kasus dugaan pencabulan yang dilakukan oknum guru SD, JH (49) terhadap 15 orang siswinya di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, perlu mendapat perhatian dari Komnas Anak, Arist Merdeka Sirait, Kak Seto selaku psikolog anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Hal itu disampaikan Direktur LSM Peduli Pengembangan Pembangunan Pantai Barat Sumut (P4PSU), Jamil Zeb Tumori kepada ANTARA, Minggu (29/9).
Menurut Jamil, kondisi para korban dugaan pencabulan yang dilakukan oknum guru SD itu dalam keadaan trauma dan ketakutan. Untuk itu diperlukan pendampingan guna memulihkan rasa trauma mereka.
Selain itu juga advokasi dari Komnas Anak Indonesia sangat dibutuhkan untuk memantau dan mendampingi korban dan keluarganya.
Baca juga: Guru SD di Tapteng diduga cabuli 15 muridnya
“Saya dari LSM P4PSU yang dipercaya pihak keluarga untuk mendampingi dan melaporkan kasus cabul ini, mengharapkan dukungan dan perhatian dari ketiga lembaga itu untuk turun langsung ke Tapanuli Tengah. Karena korban pencabulan ini tidak sedikit dan berada di daerah terpencil pula. Yang kita takutkan jangan sampai ada pengancaman atau tindakan yang kurang baik kepada para korban dan juga kepada keluarganya,” harap Jamil.
Wakil Ketua DPRD Kota Sibolga itu juga meminta kepada pemerintah pusat agar memperhatikan kondisi daerah-daerah terpencil seperti di pinggiran dan pulau-pulau untuk menambah anggaran, sehingga perhatian dan pembinaan penuh dapat dilakukan.
“Peristiwa memalukan ini adalah bagian cerminan pendidikan kita, dan itu terjadi di lokasi desa terpencil di Kabupaten Tapanuli Tengah. Jika tidak langsung ditindak dikhawatirkan bisa terjadi di daerah-daerah lain. Kami mendorong pemerintah pusat untuk memperhatikan dan menambah anggaran kepada sekolah-sekolah yang ada di daerah terpencil sehingga fasilitas dan jumlah guru memadahi dan dapat mengawasi perilaku dan pertumbuhan anak,” katanya.
Masih menurut Ketua Golkar Sibolga itu, terungkapnya kasus cabul ini karena desakan dari keluarga korban, karena anak-anak ketakutan dan tidak berani menceritakan peristiwa yang mengancam masa depannya itu.
“Peristiwa itu terjadi bulan Juli lalu, dan baru bulan ini para korban mau berani menceritakannya kepada orang tuanya. Dan orang tua korban juga kurang berani untuk melaporkan karena kurang paham cara dan mekanismenya. Beruntunglah bapak Praises Gereja BNKP-40 turun tangan dan menyampaikan hal itu kepada kami, sehingga kami turun langsung melakukan pendampingan,” ungkap Jamil.
Kasus cabul ini pun sudah ditangani Polres Tapteng dan sudah melakukan pemeriksaan kepada korban dan juga kepada terduga pelaku.