Simalungun (ANTARA) - Orang tua yang anaknya menjadi korban kapal tenggelam di perairan Danau Toba di kawasan Tigaras, Kabupaten Simalungun, menganggap lokasi monumen sebagai rumah selain di kampung.
"Ini sudah menjadi rumah ke dua saya," kata Sarmila (43), warga Nagori Bandar Sakti, Kecamatan Bandar Masilam, Kabupaten Simalungun, Selasa (18/6), di Tigaras.
Ibu lima anak bersama suaminya Hermanto (46) berulangkali ke Tigaras hanya untuk melepas kerinduan kepada Erwansyah (20), korban yang dinyatakan hilang pada peristiwa yang terjadi 18 Juni 2018.
Pasangan suami isteri tidak kenal waktu untuk ke tempat kejadian bila rindu atau anak sulungnya "hadir" dalam mimpi.
"Ya memanjatkan doa, raupan (membasuh muka) pakai air Danau Toba, setelah itu pulang," kata Hermanto.
Ratusan kilometer rela ditempuh dengan sepeda motor untuk melepas kerinduan sebagai upaya mengikhlasan atas kepergian anaknya.
Begitu pun Hermanto mengaku berat dan sulit menerima kenyataan atas kepergian anaknya itu, karena tidak ada jasad, sehingga terkadang menganggap almarhum "merantau".
Baca juga: Informasi di monumen kapal tenggelam Tigaras perlu diluruskan
Baca juga: Monumen Kapal Tenggelam di Simalungun berbiaya miliaran rupiah diresmikan