Medan (ANTARA) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut menilai perlu langkah atau upaya penghentian ekspor semua produk sawit ke kawasan Eropa kalau negara-negara tersebut tetap menjalankan kebijakan larangan masuk biodiesel.
"Untuk menjalankan langkah menghentikan ekspor itu memang perlu terlebih dahulu upaya meningkatkan konsumsi atau daya serap di dalam negeri," ujar Sekretaris Gapki Sumut ,Timbas Prasad Ginting di Medan, Jumat.
Menurut dia, langkah penghentian ekspor semua produk sawit dinilai perlu diambil karena melihat larangan tersebut terkesan hanya bentuk proteksi Eropa.
Asumsi sebagai proteksi, ujar Timbas, mengingat kampanye negatif sawit Indonesia di Eropa yang bermula dari NGO/LSM lingkungan awalnya dari sisi kesehatan.
Sawit disebutkan tidak baik untuk kesehatan dan termasuk tanaman itu merusak lingkungan.
"Nyatanya yang akan dilarang masuk adalah biodiesel," katanya.
Gapki, ujar Timbas, mengapresiasi langkah pemerintah yang sudah melakukan banyak hal untuk menekan kampanye negatif sawit, khususnya di Eropa.
"Harapan Gapki, pemerintah juga harus meningkatkan dorongan pemanfaatan produk sawit di dalam negeri," katanya.
Mulai untuk mesin-mesin pembangkit PT PLN dan lainnya
"Kalau konsumsi di dalam negeri cukup besar, maka produk sawit tidak lagi tergantung ekspor," ujarnya.
Timbas menyebutkan, ekspor sawit Indonesia sudah mulai turun hampir satu juta ton atau tinggal 4,7 juta ton di tahun 2018. (*)