Tapteng (ANTARA) - Keberhasilan warga Desa Makarti Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara menangkap satu ekor buaya betina, Sabtu (9/3), dari Sungai Sordang, tidak terlepas dari peran ahli pembuat jorat (jerat).
Hal itu diungkapkan Kepala Desa Makarti Nauli, Nasrul yang dikonfirmasi ANTARA melalui ponselnya, Sabtu (9/3).
“Benar, kami mendatangkan ahli pembuat jorat (jerat/jaring) dari Desa Unte Mungkur II, Kecamatan Kolang, Tapanuli Tengah, untuk membuatnya. Dibutuhkan waktu dua hari untuk merakit perangkap itu. Dan setelah umpan dan bahan selesai, baru kami pasang di sungai,” bebernya.
Adapun umpan yang dipasang warga untuk memancing buaya keluar yaitu ayam potong yang dilumuri darah kerbau.
“Ternyata umpan itu mujarap karena darah kerbau itu bau amis, dan buaya suka dengan bau amis. Jadi kami hanya membutuhkan dua hari untuk menangkap buaya yang sudah meresahkan itu. Dan nanti sore kami akan pasang lagi perangkapnya dengan harapan pasangan buaya yang jantan dapat terjerat lagi,” harapnya.
Baca juga: Warga Kolang tangkap buaya yang kerap masuk ke pemukiman
Menurut Kepala Desa ini, keberadaan buaya di Sungai Sordang sudah lama diketahui warga, khususnya warga sekitar yang sering beraktivitas di Sungai.
Bahkan buaya tersebut sudah berani datang ke pemukiman warga bahkan sampai ke parit dekat sekolah SD Negeri 158494 Makarti Nauli, dan itu dilihat oleh warga.
Hanya saja terang Nasrul, warga belum berhasil menangkapnya karena tidak ada ahli yang bisa membuat perangkap buaya. Barulah setelah mendatangkan ahlinya dari Desa Unte Mungkur II, buaya itu berhasil dijerat.
Nasrulpun menguraikan, menurut pengakuan para orangtua yang sudah lama tinggal di Desa Makarti, memang ada buaya di Sungai Sordang. Dan tidak menutup kemungkinan populasi hewan predator itu sudah berkembang di Sungai Sordang.
“Menurut pengakuan warga yang asli tinggal di desa kami ini, memang ada buaya di Sungai Sordang. Hanya saja mungkin makanan masih mencukupi waktu itu sehingga tidak pernah muncul ke permukaan atau sampai datang ke pemukiman warga. Jadi bisa saja karena populasi buaya sudah berkembang, sehingga terpaksa keluar ke darat untuk mencari makanan,” ungkapnya.
Adapun tempat yang kerap didatangi buaya ini, menurut Nasrul, tempat pencucian piring dan pemandian anak-anak di sekitar sungai itu.
Dengan terbuktinya ada buaya di kawasan tersebut, ia mengharapkan tindakan cepat dari pemerintah Tapteng dan Provinsi Sumatera Utara agar masyarakat tidak semakin risau apalagi sampai menelan korban jiwa.
“Memang sampai saat ini belum ada korban jiwa. Hanya saja warga sudah sering melihat buaya di sekitar sungai itu,” tandas Nasrul.