Tapanuli Selatan,6/4(Antarasumut)-Perahu bermesin tempel satu-satunya sarana untuk bisa mengangkut hasil komoditi petani dari daerah itu untuk terdijual.
Kepala desa Simarlelan, Kecamatan Muara Batangtoru, Tapanuli Selatan, Nitoto Waruwu, Kamis, mengatakan angkutan perahu cukup vital agar produksi petani seperti Tandan Buah Segar (TBS) sawit bisa terangkut dari lokasi.
"Kondisi tersebut sudah berlangsung sekitar 30 tahun, masalahnya akses jalan sehingga kendaraan roda empat tak bisa masuk ke lokasi yang berada dipinggiran sungai Batangtoru itu,"katanya.
Setiap musim panen sawit. Lebih daulu diangkat dan dipindahkan dari kebun ke pinggiran sungai, dari situ TBS dimuat dan diangkut perahu, lalu dibongkar lagi di tangkahan dan diangkat lagi ke tepi jalan untuk dimuat atau dipindahkan ke angkutan kendaraan roda empat.
"Tidak mengherankan akibat susahnya proses memanen mengangkut sampai menjual TBS itu menjadikan nilai jual produksi TBS petani dan komoditi lainnya menurun sekaligus mengurangi pendapatan petani,"katanya.
Menurut dia perbedaan nilai harga jual TBS dari lokasi yang terisolir itu dengan petani yang berlokasi dekat dengan ruas jalan cukup mencolok mencapai selisih sebesar lima ratus rupiah
"Syukur kalau harga nilai jual TBS diatas Rp 1200, masih ada sisa penjualan hasil panen sawit diangka Rp 700 bagaimana kalau harga jual TBS diangka Rp 600 atau Rp 700 seperti tahun 2016 lalu terpaksa petani urungkan niat untuk memanen TBS dari kebunnya,"katanya.
Sebagian masyarakat Simarlelan kata kepala desa itu berharap pemerintah membangunan infrstruktur minimal bukaan jalan agar hasil panen sebagian petani itu seperti karet, coklat disamping TBS agar mudah diangkut untuk dijual.
Menurut dia ada kebutuhan perkerasan badan jalan sepanjang enam ribu meter dari titik Muara Ampolu menuju Simarlelan dan pembukaan ruas jalan baru sepanjang tiga kilometer di desa Simarlelan tersebut.