Samsoir, 20/10 (Antarasumut) - Petani kopi di kawasan Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, pasrah menerima kenyataan hasil tanaman pada kemarau panjang yang melanda daerah itu.
"Tanaman kopi kami tidak berbuah dengan bagus, rusak akibat kekurangan air," kata Manahan Sagala (47 tahun), warga Desa Paraduan, Kamis.
Hasil jual pun mengalami penurunan yang cukup siginifikan, dan tidak bisa berbuat selain menunggu kembali hujan turun.
Manahan mengatakan, Kecamatan Ronggur Nihuta berada di kawasan paling tinggi di Pulau Samosir, dan jauh dari pantai perairan Danau Toba.
Sumber air tidak ada, sedangkan hujan yang biasanya turun dua sampai tiga kali atau sedikitnya setiap hari, hampir setahun kemarau.
Para petani tidak juga bisa mengalihkan ke tanaman lain, karena umumnya pohon membutuhkan air yang cukup untuk tumbuh berkembang.
"Kami hanya bisa berharap hujan normal kembali, atau ada perhatian dari Pemerintah mendatangkan air ke desa kami," kata Manahan.
Camat Kecamatan Ronggur Nihuta, Roberton Manik mengatakan, kemarau panjang sangat berdampak pada warga desa wilayah tugasnya.
Menurut Roberton, rata-rata penghasilan hidup warganya mengandalkan bidang pertanian, dan tanaman pertanian terutama kopi gagal menghasilkan.