Padangsidimpuan 24/8 (Antarasumut)- Tidak disangkah memang sudah rezkynya, Jumat (29/7) siang lalu, Mislan Swedy tiba-tiba menghentikan laju becak vespa motor yang dikendarainya. Handphone-nya berdering berulang-ulang.
Setelah menepikan becak, dia merogoh HP dari kantong pakaian, sehingga nomor yang melakukan panggilan sama sekali tidak dikenalnya, namun, rasa penasaran menggerogotinya, dia langsung menerima panggilan itu.
Assalamualaikum Bapak, ini Badri Pak, Badri lulus Pak, Badri diterima masuk IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Red) Pak, teriak suara yang dikenalnya dengan nada senang dan bahagia bercampur tangis haru.
Alhamdulillah, Iya Badri, baik-baik kamu di sana ya, jangan kecewai kami jangan sombong, tetap rendah hati dan jangan lupa beribadah, balas Swedy. Tanpa sadar, airmata sudah membasahi pipinya.
Ditemui Senin (22/8) di rumah kontrakannya di Jalan Bakti KNPI, Kelurahan Ujung Padang, Padangsidimpuan Selatan, pria yang sehari-hari bekerja sebagai penarik becak di Kota Padangsidimpuan ini mengaku sangat terharu atas doa, kemauan, dan usaha anaknya itu, suatu kebahagiaan anaknya bisa diterima di IPDN Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.
Pria yang akrab dipanggil Swedy ini, kelulusan putra pertamanya itu merupakan sebuah anugerah yang tak pernah disangka-sangka, apalagi, sebelum Badri dinyatakan lulus, banyak orang yang memprediksi Badri bakal pulang, banyak yang bilang begitu, kita juga tahu diri. Soalnya uang dari mana, kerja saya hanya penarik becak, ini anugerah Tuhan buat anak saya dan keluarga kami, ucapnya.
Perjuangan Badri untuk mengejar mimpi, dinilainya sangat keras dan berbeda jauh dari orang-orang lainnya, sebab dari awal, Swedy dan istrinya Nur Baiyah Nasution, hanya mampu mendukung putra sulungnya itu dengan motivasi dan doa. Bahkan, untuk ongkos keberangkatannya ke Bandung dan biaya keperluan lainnya, didapat dari hasil pemberian pihak keluarganya dan bantuan dari orang di Medan yang baru mengenal anaknya.
Ada orang di Medan yang baru mengenal anak saya dan dia yang memberi tiket agar Badri bisa berangkat ke Bandung guna mengetahui lulus atau tidaknya, ucap Swedy dan mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang sudah banyak membantu anaknya.
Sedihnya, terang Swedy, saat semua orangtua dari calon praja datang mendampingi anaknya untuk mendengar kelulusan, Badri malah sibuk dengan pekerjaannya sebagai tukang becak, apa daya, mau ke sana uang dari mana, yang pasti kami merasa sangat bersyukur, meskipun tidak dapat mendampinginya, kami yakin Badri juga mengerti kondisi orangtuanya, terang bapak 3 orang anak ini.
Begitu juga dengan Nu Baiyah, wanita yang melahirkan Badri ini tampak tak dapat membendung airmata saat ditanya bagaimana perasaannya, Bagaimanalah mau dibilang ya, kalau dipikir-pikir saya juga tidak mengiranya. Memang rasanya seperti mimpi, apalagi kehidupan kami hanya seperti ini, ucap Nur di samping suami dan anak ketiganya yang sejak 8 Juli hingga saat ini belum bisa menemui Badri, meski begitu, nur dan suaminya tetap berdoa dan berpesan kepada putranya untuk tidak sesekali mengecewakan mereka dan keluarganya.
Tetap beribadah dan berdoa ya, Nak, jangan sombong, Nak. Jangan kecewakan kami, ungkap keduanya dan yakin dengan perilaku Badri yang patuh dan taat beribadah.
Sementara Informasi yang berhasil digali Wartawan, Senin, Wakil Kepala Sekolah MAN 2 Padangsidimpuan, Irsan Alamsyah, mengaku kaget dan tidak percaya, sudah ada beberapa orang yang menghubungi saya mengaku dari Dinas Pendidikan Sumut dan lainnya, menanyakan adanya siswa kami yang lulus di IPDN, ungkap pria yang menjabat sebagai Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.
Ia juga mendapat kabar kelulusan 2 siswanya dari orang-orang yang menghubunginya via telepon dan kemudian mengeceknya lewat internet, saya juga sempat terkejut saat mendapat telepon dan mengabarkan ada 2 siswa kami yang lulus di IPDN, terangnya.
Dijelaskannya, kedua siswanya tersebut masing-masing bernama Badri Thoha, lulus dari MAN 2 Padangsidimpuan pada 2016 dan Irham Fadli Namora Siregar yang lulus sekolah pada 2015 lalu.
Badri Thoha berasal dari keluarga yang terbilang kurang mampu, hal itu diakui Irsan karena mengetahui pekerjaan sehari-hari orangtua siswanya itu hanya sebagai penarik becak.
Kalau yang satunya (Irham Fadli,red) orangtuanya PNS, ucapnya dan mengaku bangga dengan prestasi kedua siswanya itu, diceritakan Irsan, khusus Badri, selama menjadi siswa dikenal baik dan rajin beribadah. Begitu juga dengan pretasinya, walaupun tidak menjadi juara kelas, namun aktif di kepramukaan dan Paskibra.
Anaknya rajin beribadah, pintar mengaji dan sering menjadi imam bagi teman-temannya. Pretasinya juga lumayan baik, meskipun tidak juara kelas, terangnya, bahkan, akibat ketidakmampuan keluarga, Badri diberikan BSM dan beasiswa Bazda, jujur kami merasa bangga, siswa kami itu bisa diterima di IPDN, jelasnya serta menerangkan sebelumnya Badri sudah lebih dulu diterima di USU lewat jalur undangan.