Tapanuli Selatan,4/6(Antarasumut)- Bukannya malah keburu menjual, petani sawah ini lebih memilih menyimpan gabah padi hasil panennya guna mengantisipasi stok pangan keluarga.
"Merugi rasanya menjual gabah hasil panen cuma Rp 3.700 per Kg," kata Lilis Sihotang (48), petani Aek Ngadol, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan ditemui Antara disela-sela panen padinya, kemarin.
Bahkan tegas kata dia, agar Pemerintah dapat memerhatikan nasib para petani di republik ini," kiranya Presiden Jokowi 'mau' mendengar nasib kami para petani," katanya.
Diketahui Harga pembelian pemerintah (HPP) berdasarkan Inpres Nomor 5/2015, HPP GKP (gabah kering panen) Rp 3.700 per Kg di petani dan Rp3.750 per Kg di penggilingan.
Namun menurut isteri Tagor Nainggolan ini, sesuai HPP GKP Rp 3.700 per Kg dinilai rendah, dan berharap harga HPP GKP tersebut bisa lagi dinaikkan.
Dia membandingkan dengan pembelian harga beras mencapai Rp 40 - 43 ribu per tabung setara empat kilogram.
Tingginya harga beras yang 'tak sebanding HPP GKP menyebabkan mengurungkan niat untuk menjual gabah panennya.
Dikatakannya, satu kali panen gabah varietas ciherang dari petak sawahnya lebih kurang 0,5 hektare cuma menghasilkan 80 kaleng setara berat sekitar seribu Kg, dan dua kali panen dalam kurun waktu satu tahun.
Sementara, Boru Nasution (49) yang turut gotong royong memanen padi diatas petak sawah, Lilis Sihotang, sempat mengeluhkan bahwa mereka sangat butuh adanya perhatian dari pemerintah.
"Bilang dulu sama Presiden Jokowi biar ada bantuan seperti bibit, pupuk dan lainnya buat kami petani ini," katanya sambil fokus memotong padi disaat Antara beranjak meninggalkan mereka di kegiatan panen bersama tersebut.