Tanjungbalai, Sumut, 1/9 (Antara) - Pelaku Usaha Kecil Menengah mengharapkan perhatian dari Pemkot Tanjungbalai berupa peralatan untuk menunjang produksi usaha roti kering yang digeluti selama puluhan tahun.
Harapan itu disampaikan pembuat roti Darwin (53) kepada Tim Pengendali Infkasi Daerah (TPID) Kota Tanjungbalai yang melakukan monitoring ke tempat usahanya di Jalan Pesat, Kecamatan Datuk Bandar Timur, Kota Tanjungbalai, Selasa.
Kepada TPID pelaku UKM itu mengatakan, ia dan keluarganya sudah menggeluti usaha memanggang roti "klatak" yang menjadi makanan khas di Tanjungbalai sejak tahun 1990.
Mesin adonan dan loyang pemanggag roti miliknya sudah sangat tua dan nyaris tidak layak dipakai lagi dalam produksi.
Padahal dalam sehari, ia menghabiskan dua karung atau sekitar 60 kg tepung terigu, 10 kg mentega, 100 butir telur, dan 10 kg gula pasir untuk membuat adonan roti.
Bahan-bahan tersebut bisa menghasilkan ribuan roti berukuran mini yang dijual seharga Rp1.000 per bungkus atau Rp40 ribu untuk satu kotak yang berisi 50 bungkus.
Namun karena keterbatasan modal, pelatan tersebut masih tetap digunakan dalam aktifitasnya memproduksi panganan kegemaran kalangan nelayan di Kota Tanjungbalai itu.
Darwin mengaku tidak memiliki keberanian untuk mengajukan kredit ke perbankan karena tidak mempunyai aset untuk dijadikan jaminan.
Ia berharap Pemkot Tanjungbalai bersedia memberikan bantuan peralatan atau kredit lunak tanpa agunan.
"Beginilah kondisi peralatan yang ada, semuanya sudah sangat tua dan butuh peremajaan. Jika ada bantuan atau kredit lunak tanpa agunan saya pasti mau," katanya.
Pemkot Tanjungbalai berjanji akan memberikan bantuan alat serta modal kepada pelaku UKM tersebut untuk mengembangkan usahanya.
"Aspirasi bapak kami tampung, mudah-mudahan tahun depan Pemkot bisa memberikan bantuan mesin atau modal usaha," ujar Asisten Eksosbang Pemkot Tanjungbalai Abdul Hayyi.