Pontianak, 30/1 (Antara) - Unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) perlu didorong untuk berorientasi ke produksi ekspor, karena devisa yang dihasilkan dapat berperan menjaga stabilitas moneter, kata Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia, Mirza Adityaswara.
"Maka dari itu, Bank Indonesia ingin berpartipasi untuk melatih para calon pengusaha agar mampu bersaing dan menghasilkan barang-barang yang bernilai ekspor," kata Mirza saat meluncurkan Inkubator Bisnis UMKM Bank Indonesia angkatan VII Kalimantan Barat dan Pontianak di Pontianak, Jumat.
Inkubator Bisnis UMKM BI angkatan VII di Pontianak diikuti oleh sekitar 27 orang dari berbagai kalangan masyarakat. Dalam kesempatan itu pula, Mirza mewisuda 29 orang peserta Inkubator Bisnis UMKM BI angkatan VI.
Mirza menuturkan keberadaan pengusaha sektor UMKM seharusnya berimbang dengan peran pengusaha besar. Bahkan, pengusaha UMKM dengan jumlah yang banyak seharusnya dapat menopang rantai perekonomian, dengan memasok bahan baku, yang digunakan pengusaha besar.
Menurut Mirza, hal tersebut juga sudah disadari oleh industri perbankan. Berkaca pada krisis moneter tahun 1998, industri perbankan nasional, ujar dia, telah bertransformasi untuk menjadi lembaga intermediasi yang mementingkan pembiayaan untuk UMKM, bukan hanya kredit ke korporasi besar.
Hal itu karena pembiayaan ke UMKM memiliki risiko yang lebih kecil terkena imbas dari krisis ekonomi global.
Mirza mencontohkan, jika perbankan hanya menyalurkan kredit pada korporasi-korporasi besar, saat terjadi krisis ekonomi, korporasi tersebut akan sulit mengembalikan pembiayaan dari bank, padahal jumlah dana yang disalurkan sangat besar.
Sedangkan, jika menyalurkan pembiayaan ke sektor UMKM, dengan nilai yang lebih kecil, namun disalurkan ke berbagai debitur, imbas krisis ekonomi tidak akan signifikan, karena dana yang disalurkan relatif kecil dan tidak terpaku pada segelintir debitur.
"Kalau bank memberi pembiayaan ke korporasi sebesar Rp2 triliun misalnya, dan terjadi krisis, korporasi tersebut sulit mengembalikan. Itu bisa sangat terganggu bank. Namun, kalau ke UMKM, bank memberi Rp100 juta ke satu UMKM, dan jika terganggu, masih ada UMKM lainnya," ujarnya.
Maka dari itu, lanjut Mirza, pengusaha UMKM juga harus meningkatkan kualitas usaha agar perbankan memberikan aksesibilitas yang luas.
"Di sini juga peran kami di Inkubator, bagaiamana membangun kapasitas pengusaha agar dapat akses ke perbankan," ujar dia.
Dia mencontohkan peran UMKM yang sudah signifikan terhadap perekonomian sudah terjadi di Jepang dan Taiwan.
"Seperti Taiwan, mereka ditopang pengusaha kecil. Di Jepang, pengusaha-pengusaha besarnya punya rantai bisnis dengan pengusaha kecil baik dari segi bisnis," ujar Mirza.
Di kesempatan yang sama, Wali Kota Pontianak, Sutarmidji meminta pengusaha UMKM untuk terus mengembangkan inovasi dan akses pemasaran agar mampu berkompetisi di pasar yang semakin dinamis.
"Saya sudah rampingkan perizinan, dari 99 perizinan jadi 14 perizinan," ujar dia.
Menurut keterangan resmi dari Kantor Perwakilan BI Kalbar, hingga pelaksanaan Inkubator ke-VI, kredit dari perbankan dan jasa keuangan lainnya kepada para peserta sudah tersalurkan Rp778 juta kepada sejumlah peserta.
BI: Ekspor UMKM Penting Jaga Stabilitas Moneter
Jumat, 30 Januari 2015 15:13 WIB 3351