Oleh Sambas
Serang, 14/2 (Antara) - Pemuda di Tanah Air saat ini mengalami erosi kebangsaan karena pengaruh dari "serangan" budaya luar, intoleransi antarumat, dan penyalahgunaan narkotika.
"Erosi kebangsaan terhadap pemuda sudah terjadi, karena itu kita harus mewaspadai agar tidak semakin parah," kata Ketua MPR Sidarto Danusubroto saat sosialisasi empat pilar kebangsaan di Tangerang, Kamis (13/2).
Menurut dia, ada tiga masalah yang kini dihadapi yakni maraknya serangan budaya luar, intoleransi antarumat seperti benturan ormas hingga penyalahgunaan narkotika yang menjalar ke semua lini.
Peredaran narkotika saat ini sudah sangat mengkhawatirkan dan masuk ke semua lini, termasuk sekolah mulai dari SD, SMP dan SMA.
"Hal ini jelas sangat berbahaya bila dibiarkan karena dapat melunturkan nasionalisme. Sebab pengaruh narkotika begitu berbahaya, mulai dari kesehatan hingga pemikiran yang buntu," katanya.
Begitu pula dengan intoleransi antar-umat seperti bentrokan organisasi massa yang kerap terjadi. Perlu tindakan tegas menangani masalah tersebut.
Aparat penegak hukum, harus berani mengambil sanksi jika memang ada oknum atau kelompok yang menjurus berakibat anarkis. "Misalnya pengrusakan rumah ibadah, hal itu harus diambil tindakan tegas. Seperti sanksi pidana yang terbukti melakukannya," ujarnya.
Oleh karena itu, MPR secara gencar melakukan sosialiasi empat pilar kebangsaan yang merupakan benteng pertahanan sebagai karakter dan jati diri bangsa.
Tidak ada minoritas terhadap kelompok atau suku budaya. Karena, hal itu bukan ciri dari demokrasi yang dicetuskan para pejuang terdahulu.
"Bung Karno tidak pernah berhenti membaca buku hingga rumahnya dipenuhi buku. Begitu pula dengan kedekatan terhadap semua kelompok tanpa membedakan suku budaya," ujarnya.
Ketua Badan Legislasi MPR Amhad Dimyati Natakusumah menyatakan empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhineka Tunggal Ikan harus terus disosialiasikan, terutama pada generasi muda.
Ia juga menyatakan, empat pilar kebangsaan perlu terus disosialisasikan pada masyarakat agar bisa tertanam dalam hati sanubari rakyat sehingga ada semangat untuk terus menjaganya.
"Agar sosialisasi 'mengena', maka kita lakukan dengan menggunakan media yang bisa diterima masyarakat, diantaranya seni dan budaya seperti pertunjukan kesenian dan kebudayaan," ujarnya.
Belum lama ini, kata dia, MPR melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan di Kabupaten Pandeglang melalui pertunjukan wayang golek.
Wakil Ketua Fraksi PPP MPR itu, juga menyatakan pertunjukan wayang golek yang digelar MPR atas permintaan dari masyarakat Kabupaten Pandeglang, hanya dalam ceritanya diselipkan pesan menyangkut empat pilar kebangsaan tersebut.
Dimyati juga menyatakan, ada dua kepentingan yang dapat diraih dengan pagelaran wayang golek tersebut, yakni sosialisasi empat pilar serta upaya melestarikan seni dan budaya nasional warisan nenek moyang.
"Wayang golek merupakan seni budaya nasional dan merupakan karya adiluhung sebagai hasil dari proses asimilasi dan akulturasi peradaban nenak moyang kita, jadi harus terus dipertahankan," katanya.
Revitalisasi Pemikiran
Gubernur Lemhannas Budi Susilo Soepandji menjelaskan, saat ini harus ada revitalisasi tentang pemikiran-pemikiran kebangsaan karena saat ini sudah terjadi penurunan rasa nasionalisme di Indonesia.
"Saat ini sedang ada penurunan nasionalisme. Pemikiran kebangsaan harus direvitalisasi karena merupakan ruh agar Indonesia bisa kembali ke pemikiran kebangsaan sesungguhnya," kata Budi.
Selain mengingatkan adanya penurunan nasionalisme bangsa, Lemhanas juga menjelaskan terkait adanya masukan dari Komisi I DPR RI agar Lemhanas terus memantapkan nilai kebangsaan.
Bupati Pandeglang, Provinsi Banten Erwan Kurtubi menyatakan persatuan dan kesetuan bangsa harus terus diperkokoh oleh segenap rakyat Indonesia.
"Perkembangan politik yang saat ini mulai "ramai" menjelang Pemilu Legislatif 2014, jangan memudarkan rasa persatuan dan kesatuan diantara anak bangsa," katanya.
Setiap perbedaan yang terjadi diantara berbagai kalangan, harus dijadikan sebagai perekat untuk terus mempertahankan empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesaturan Republik Indonesia.
Erwan menyatakan, generasi muda saat ini tidak boleh melupakan nilai-nilai perjuangan yang telah dibangun oleh para pendiri negara ini.
"Kita berkewajiban mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan guna mewujudkan kesejahteraan rakat, dengan tetap memegang nilai perjuangan yang telah dibangun para pendiri bangsa," katanya.
Bahkan, kata dia, dalam mengisi kemerdekaan ini, jiwa dan semangat kepahlawanan mempunyai makna sebagai kekuatan pendorong bagi bagi negerasi saat ini dalam memengang tanggung jawabnya sebagai tumpuan bangsa dalam mewujudkan cita¿cita proklamasi 1945.
Maklumat Kebangsaan
Sebanyak 300 ulama pesantren dan cendekiawan Muslim dari berbagai daerah di Indonesia telah melahirkan "Maklumat Kebangsaan", sebagai sikap atas kondisi bangsa saat ini.
"Kita telah melahirkan rekomendasi dari beberapa sidang komisi yang menjadi maklumat kebangsaan. Ini sebagai suatu hal yang penting bagi kemajuan bangsa dan Negara Indonesia tercinta ini," kata Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi.
Menurut dia para ulama dan cendekiawan muslim bersama-sama merenungkan selama 15 tahun masa reformasi, sisi mana yang belum tercapai dan sudah tercapai. Menjelang Pemilu 2014 banyak hal yang menjurus kepada kecurangan dan manipulasi sehingga harus diatasi.
"Jika tidak diantisapasi dari sekarang maka akan terjadi konflik setelah pemilu, dan mengancam keselamatan rakyat," ujarnya.
Hasyim berharap pemberantasan korupsi yang terus dilakukan KPK harus mendapat dukungan oleh semua masyarakat dan lebih efektif jika gerakan anti korupsi berubah menjadi gerakan nasional.
"Langkah ini membutuhkan waktu yang lama dan harus bertahap seperti negara lain yang berhasil. KPK jadi trigger atau pemicu awal dalam pemberantasan korupsi," ujar Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam ini.
Ia menjelaskan negara Indonesia memerlukan ulama agar tak tergerus keadaan. Peran ulama penting di tengah masyarakat bisa meredam kegoncangan dan keadaan yang ada di masyarakat.
Hasyim mempersilakan para kiai menyimpulkan sendiri apa yang harus dilakukan dari maklumat kebangsaan ini atau ijmak sukuti (diam saja). Melihat antusias dari acara ini, ada permintaan agar kegiatan serupa diadakan secara berkala.
"Maklumat ini merupakan bagian dari upaya memperteguh semangat dan persatuan Negara Republik Indonesia yang kita cintai," demikian Hasyim. (S031)
Waspadai Erosi Kebangsaan Pemuda
Sabtu, 15 Februari 2014 13:41 WIB 2740