Panyabungan (Antaranews Sumut) - Kesenian daerah Mandailing Natal “Sitogol” diusulkan ke Kementerian Pendidikan Nasional untuk dicatat menjadi salah satu warisan budaya Mandailing Natal.
Selain Gordang Sambilan yang sebelumnya sudah diajukan terlebih dahulu, etnis Mandailing juga ternyata memiliki seni musik tradisi lain seperti Onang-Onang, Ungut-Ungut, dan Sitogol.
Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Mandailing Natal, Askolani Nasution menjawab ANTARA, Rabu menyampaikan, pengusulan "Sitogol" ini tercuat ke publik ketika UPT Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh, Kemendikbud berkunjung ke kawasan Mandailing Natal pada Sabtu (7/7) kemarin.
"Beberapa hari yang lewat tim dari UPT Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh berkunjung ke Madina untuk melihat langsung seni "Sitogol" tersebut," katanya.
Ia mengatakan, dalam kegiatan itu tim tersebut akhirnya mengajukan salah satu seni tradisional “Sitogol” untuk dicatat sebagai salah satu warisan budaya Mandailing Natal di Kementerian Pendidikan Nasional.
"Bila nanti seni ini tidak mendapat sanggahan lagi untuk selanjutnya disampaikan ke UNESCO menjadi salah satu kesenian bangsa Indonesia.
Dikatakannya, Onang-Onang sangat berbeda dengan dengan Ungut-ungut dan Sitogol. Bila Onang-onang diiringi dengan ornamen musik seperti Ugung, Saleot, Gondang Topap, dan lain-lain, dan digunakan dalam rangkaian prosesi adat, maka Ungut-Ungut dan Sitogol digunakan secara personal dengan iringan Tulilla atau Saleot saja.
"Ungut-ungut dan Sitogol sebenarnya hampir sama. Bedanya hanya sedikit dalam jenis irama. Selain itu, Ungut-Ungut istilah yang dikenal di Mandailing Julu dan Sitogol di Mandailing Godang," ujarnya.
Sedangkan untuk persamaan Ungut-Ungut dan Sitogol ini sama-sama mengekspresikan ungkapan perasaan seseorang yang berkaitan dengan romantisme, kesedihan, keterpencilan rasa, dan kedukaan personal lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018
Selain Gordang Sambilan yang sebelumnya sudah diajukan terlebih dahulu, etnis Mandailing juga ternyata memiliki seni musik tradisi lain seperti Onang-Onang, Ungut-Ungut, dan Sitogol.
Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Mandailing Natal, Askolani Nasution menjawab ANTARA, Rabu menyampaikan, pengusulan "Sitogol" ini tercuat ke publik ketika UPT Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh, Kemendikbud berkunjung ke kawasan Mandailing Natal pada Sabtu (7/7) kemarin.
"Beberapa hari yang lewat tim dari UPT Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh berkunjung ke Madina untuk melihat langsung seni "Sitogol" tersebut," katanya.
Ia mengatakan, dalam kegiatan itu tim tersebut akhirnya mengajukan salah satu seni tradisional “Sitogol” untuk dicatat sebagai salah satu warisan budaya Mandailing Natal di Kementerian Pendidikan Nasional.
"Bila nanti seni ini tidak mendapat sanggahan lagi untuk selanjutnya disampaikan ke UNESCO menjadi salah satu kesenian bangsa Indonesia.
Dikatakannya, Onang-Onang sangat berbeda dengan dengan Ungut-ungut dan Sitogol. Bila Onang-onang diiringi dengan ornamen musik seperti Ugung, Saleot, Gondang Topap, dan lain-lain, dan digunakan dalam rangkaian prosesi adat, maka Ungut-Ungut dan Sitogol digunakan secara personal dengan iringan Tulilla atau Saleot saja.
"Ungut-ungut dan Sitogol sebenarnya hampir sama. Bedanya hanya sedikit dalam jenis irama. Selain itu, Ungut-Ungut istilah yang dikenal di Mandailing Julu dan Sitogol di Mandailing Godang," ujarnya.
Sedangkan untuk persamaan Ungut-Ungut dan Sitogol ini sama-sama mengekspresikan ungkapan perasaan seseorang yang berkaitan dengan romantisme, kesedihan, keterpencilan rasa, dan kedukaan personal lain.
Editor : Juraidi
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018