Medan, 29/3 (Antara) - Ketua Umum DPP Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata H Asnawi Bahar mengingatkan pengusaha biro perjalanan wisata nasional untuk bersiap-siap menghadapi persaingan ketat dalam bisnis itu pada Komunitas ASEAN 2015.
"Pengusaha 'tour and travel' nasional sejak sekarang harus semakin profesional menjalankan bisnisnya dan bersatu karena terbentuknya Komunita ASEAN 2015, Indonesia diyakini ''dibanjir' pengusaha asing yang juga sudah melirik bisnis itu," katanya di Medan, Jumat.
Dia berada di Medan sejak Kamis, (27/3) malam untuk menghadiri Musyawarah Daerah Asita Sumut ke-XII dengan agenda antara lain memiih kepengurusan baru 2013-2017 yang akhirnya kembali terpilih sebagai ketua, Solahuddin Nasution, ketua periode 2008-1012.
Menurut dia, kesalahan atau kelemahan di bisnis perjalanan wisata nasional adalah pengusaha masih memaksakan menjual paket wisata yang sudah dibuat ke konsumen, sementara di luar negeri, perusahaan "tour and travel"nya sudah pada taraf mememenuhi paket perjalanan yang diinginkan calon pembeli.
Kelemahan lainnya adalah saling banting harga khususnya di penjualan tiket dan kamar hotel, dimana tindakan itu akhirnya membuat persaingan bisnis itu tidak sehat yang membuat saling mematikan usaha.
"Belum lagi soal pelayanan ke konsumen yang kurang memuaskan akibat lemahnya SDM (sumber daya manusia)-nya. Semua itu harus dibenahi mulai sekarang agar kuat dan bisa tetap eksis di tengah persaingan ketat pada Komunitas ASEAN 2015,"katanya.
Selain sudah propfesional, pengusaha asing, kata dia, semakin kuat karena didukung permodalan yang kuat .
Calon pesaing kuat perusahaan biro perjalanan wisata di Indonesia adalah dari Malaysia dan Singapura yang dewasa ini sudah cukup diakui.
Ketua Asita Sumut, Solahuddin Nasution, mengakui pihaknya sudah mewanti-wanti anggotanya untuk membenahi diri menghadapi persaingan yang semakin ketat termasuk mengahadapi Komunitas ASEAN.
"Dewasai ini saja sudah banyak pengusaha travel tour yang 'berguguran" apalagi sejak terjadinya krisis global yang menurunkan jumlah kunjungan wisatawan asing, ditutupnya rute penerbagan langsung internasional hingga adanya penjuaan tiket langsung secara 'online' yang dilakukan perusahaan maskapai penerbangan,"katanya.
Dia menyebutkan dari 214 jumlah perusahaan anggota Asita yang terdaftar, dewasa ini hanya 174 yang aktif dan itupun tidak semua usahanya berjalan eksis.
"Asita berharap, pemerintah memberi dukungan penuh kepada usaha perjalanan wisata itu karena bisnis tersebut juga sudah terbukti mendatangkan devisa besar dari pasokan wisatawan,"katanya.
Dukungan pemerintah bisa dari pemberian modal usaha dengan suku bunga rendah, pembenahan objek wisata dan infrastruktur.***3*** yuliastuti (T.E016/B/N. Yuliastuti/N. Yuliastuti) 29-03-2013 14:40:10
Asita: Pengusaha Travel Bersiap Hadapi Komunitas ASEAN
Jumat, 29 Maret 2013 17:06 WIB 727