Medan (ANTARA) - Alumni Universitas Sumatera Utara (USU) diharapkan harus terbiasa memiliki cara berpikir yang sistematik, karena memang sangat diperlukan terutama mengurangi dan mengatasi dampak negatif dari keadaan yang memaksa kita berbuat sesuatu.
"Harus kita sadari secara bersama bahwa dampak negatif tersebut berkaitan dengan interaksi kemanusiaan yang tidak mendukung pembangunan peradaban," kata Rektor USU Prof Muryanto Amin di Medan, Sabtu, pada prosesi wisuda 1.757 lulusan USU yang telah menyelesaikan studinya mulai dari November 2024 hingga Januari 2025.
Para wisudawan tersebut masing-masing Program Doktor 78 orang, Program Magister 213 orang, Program Pendidikan Spesialis 89 orang, Program Dokter Jenjang Magister 38 orang, Pendidikan Profesi 119 orang, Program Sarjana 1.193 orang, dan Program Diploma 27 orang.
Lebih lanjut rektor mengatakan, di dunia yang semakin dipengaruhi oleh teknologi, pemikiran sistematik akan menjadi bagian besar dari kehidupan dan karier yang akan dibangun.
Karena itu kepada para lulusan diingatkan bahwa teknologi itu hanya alat. Namun, di balik segala kecanggihan dan inovasi yang ada, ada nilai-nilai manusia yang tetap harus dipegang.
"Kepemimpinan yang empatik, kemampuan berkomunikasi yang baik, integritas, dan kerja sama akan membuat Anda lebih dari sekadar profesional yang sukses, tetapi juga pribadi yang memberikan dampak positif," katanya.
Ia mengatakan pula, ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar selalu berpikir sistematik, pertama adalah tidak meninggalkan kebiasaan saat kuliah setelah menjadi lulusan adalah dasar untuk membangun konstruksi pemikiran yang komprehensif.
Kemudian selalu berkolaborasi adalah kunci keberhasilan di dunia kerja modern. Melalui teknologi, kita bisa bekerja tanpa batasan geografis.
Kolaborasi yang efisien akan mempercepat inovasi dan meningkatkan produktivitas. Selain itu, pemikiran komprehensif akan mendorong kreativitas dan eksperimen untuk menghasilkan ide-ide baru yang inovatif.
Berikutnya setiap individu perlu memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya melindungi informasi sensitif dan menjaga privasi. Kita harus bijak dalam berbagi informasi dan menghindari penyebaran informasi yang salah.
Serta selanjutnya menjaga keseimbangan dalam rutinitas pekerjaan dan relaksasi. Era digital memaksa kita sangat mudah terjebak dalam rutinitas yang sepenuhnya berbasis teknologi. Namun, harus diingat bahwa kesejahteraan fisik dan mental adalah prioritas.
"Teknologi seharusnya membantu kita, bukan menggantikan interaksi dan pengalaman kehidupan nyata yang membentuk kita sebagai pribadi yang utuh," katanya.