Medan (ANTARA) - Pak Tarno, yang dikenal sebagai pesulap legendaris Indonesia dengan jargon khas "Simsalabim jadi apa, prok-prok-prok," kini menjalani kehidupan yang jauh berbeda dari masa kejayaannya. Kariernya yang gemilang sebagai pesulap besar Indonesia kini tinggal kenangan.
Setelah mengalami beberapa kali stroke, kondisi kesehatannya menurun drastis, sehingga ia harus menggunakan kursi roda untuk aktivitas sehari-hari. Meskipun demikian, semangatnya tetap kuat meski fisiknya mengalami keterbatasan khusus.
Dalam video yang beredar baru-baru ini, Pak Tarno terlihat menjalani kehidupan yang jauh berbeda dari masa kejayaannya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia kini berjualan ikan cupang dan berbagai mainan anak di pinggir jalan.
Dalam video tersebut, Pak Tarno mengenakan kemeja lusuh, celana pendek, dan topi berwarna merah muda. Ia terlihat duduk di atas kursi roda sambil menawarkan dagangannya kepada warga sekitar.
Lalu, seperti apa profil seorang mantan pesulap legendaris yang kini harus adu nasib dalam hidupnya? Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Sosok pesulap legendaris Pak Tarno
Sutarno, yang lebih dikenal dengan nama Pak Tarno, lahir pada 12 Mei 1950 di Indonesia. Ia merupakan seorang pesulap, komedian, presenter, dan pemeran yang terkenal di tanah air.
Pak Tarno dikenal luas karena sering mengucapkan kalimat "dibantu ya, bimsalabim jadi apa, prok-prok-prok" saat menjalankan aksinya sebagai pesulap.
Pada tahun 2009, melalui ajang pencarian bakat The Master musim ketiga, Pak Tarno dianugerahi gelar "Master of Traditional Magic" oleh Deddy Corbuzier. Sebelumnya, sebelum mengikuti ajang tersebut, ia bekerja sebagai penjual martabak keliling sambil menjalani profesi sebagai pesulap keliling.
Kehidupan awal Pak Tarno penuh sangat penuh dengan tantangan, ayahnya meninggal dunia, sementara ibunya meninggalkannya karena berselingkuh dengan seorang pria dari luar desa. Karena kesulitan ekonomi, Tarno hanya bisa mengonsumsi jagung karena tidak mampu membeli beras.
Pada usia 10 tahun, Tarno memutuskan untuk merantau ke Jakarta sendirian. Karena keterbatasan uang, pada awal 1970-an, ia berangkat dengan menumpang kereta barang pengangkut kayu dan sapi yang transit di Stasiun Losari, Cirebon.
Setibanya di Jakarta, ia bekerja sebagai penjual minyak tanah keliling sebelum akhirnya beralih menjadi penjual martabak keliling.
Saat berjualan martabak, Tarno memiliki trik untuk menarik perhatian anak-anak agar membeli dagangannya, yaitu dengan mempertunjukkan sulap setelah dagangannya habis terjual. Hal ini membuatnya dikenal sebagai sosok yang kreatif dalam menjalankan usaha.
Pada periode 2002 hingga 2004, Tarno mencoba peruntungan dengan menarik odong-odong komedi putar. Sambil menarik odong-odong, ia juga berjualan snack untuk anak-anak dengan menyusun camilan tersebut di sisi kanan dan kiri odong-odong yang ia tarik.
Pada tahun 2009, saat sedang berjualan di sebuah sekolah, Tarno yang tengah melakukan aksi sulap dihampiri oleh seorang guru dari sekolah tersebut. Guru itu menyarankan Tarno untuk mengikuti ajang pencarian bakat The Master musim ketiga.
Meskipun tidak memenangkan ajang tersebut, Tarno dianugerahi gelar "Master of Traditional Magic" oleh Deddy Corbuzier. Setelah itu, ia mendapat tawaran untuk menjadi presenter di berbagai acara televisi. Berkat kariernya di dunia hiburan, Tarno berhasil membeli mobil, tanah, dan membuka serta mengelola warung internet.
Meskipun pernah meraih kesuksesan di masa lalu, kondisi Pak Tarno kini tampak memprihatinkan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia memilih berjualan ikan cupang dan mainan.
Dalam sebuah video yang baru-baru ini beredar, Tarno terlihat mengenakan kemeja lusuh, celana pendek, dan topi berwarna merah muda. Ia tampak duduk di kursi roda sambil menjajakan dagangannya.
Setelah video tersebut viral dan menyebar di media sosial, banyak netizen yang mendoakan agar kesehatan Pak Tarno segera membaik. Hal ini menunjukkan betapa banyak orang yang masih peduli dan mengingat sosoknya yang pernah berjaya sebagai pesulap.
Meskipun menghadapi tantangan kesehatan yang serius, Pak Tarno tetap menunjukkan semangat dan dedikasinya dalam mencari nafkah. Keteguhan hati yang ditunjukkannya menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam menghadapi cobaan hidup.
Kisah Pak Tarno juga menjadi pengingat bagi kita semua untuk saling membantu dan peduli terhadap sesama, terutama mereka yang pernah memberikan kebahagiaan bagi banyak orang. Semoga kisahnya dapat menginspirasi kita untuk lebih peduli terhadap kondisi orang lain.