Gotong royong
Penyulam suji bukan satu-satunya yang menjadi perhatian dari perusahaan di bawah badan usaha milik negara (BUMN) itu. Keteguhan ibu rumah tangga, ketulusan menempuh pendidikan, hingga keharmonisan dengan lingkungan juga menjadi sasaran pemberdayaan para relawan.
Perempuan di desa binaan Pegadaian ini juga memproduksi masakan lokal Itiak Lado Hijau. Sama halnya dengan sulaman suji, perusahaan pelat merah itu menyalurkan modal pengetahuan mereka soal bisnis kepada ibu rumah tangga di desa ini, termasuk mengenai bagaimana membuat makanan yang memiliki daya tahan lebih panjang. Secara khusus, perusahaan itu juga mendatangkan pelatih serta memberikan bantuan sarana prasarana untuk menunjang pengembangan ibu rumah tangga penjual Itik Lada Hijau.
Selain itu, Pegadaian juga memberikan bantuan bagi peternak madu Galo-Galo. Bantuan yang diberikan berupa pemberian koloni dan 1.000 bunga matahari yang berguna untuk lebah.
Dari sisi lingkungan, pemberian edukasi pengelolaan sampah dilakukan bersama bank sampah binaan kepada warga masyarakat mengenai biopori dan pengelolaan sampah guna menjaga kelestarian lingkungan. Praktik pengelolaan sampah didorong melalui program “Memilah Sampah, Menabung Emas” oleh Pegadaian. Dengan melibatkan bank sampah dan komunitas peduli lingkungan, masyarakat diajarkan cara memisahkan, mendaur ulang, dan mengolah sampah dengan benar.
Perusahaan itu ingin memberikan pembinaan berkelanjutan bagi penerima manfaat agar tercipta manfaat yang berkelanjutan. Para relawan terus mendampingi desa agar bisa bergerak maju.
Kegiatan di Desa Sutijo menjadi salah satu pengamalan nilai kolektif masyarakat Indonesia. Masyarakat yang maju dan berdaya dapat diwujudkan melalui keharmonisan upaya gotong royong. Negara hadir, lewat insan BUMN untuk membantu rakyatnya berdaya dan berkembang secara ekonomi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bahu-membahu memberdayakan masyarakat Desa Sutijo