Menurutnya, kepadatan di Mina memang tidak bisa dihindari, mengingat jumlah peserta haji yang terus bertambah sementara kapasitas tenda di Mina tidak banyak mengalami perubahan.
"Lokasinya belum banyak berubah secara infrastrukturnya. Memang tendanya lebih canggih, lebih baik, tetapi secara kawasan meskipun terdengar bahwa saat ini juga mereka (Pemerintah Saudi) sudah melakukan pembaharuan di titik tertentu ya," kata dia.
Namun yang menjadi perhatian pemerintah yakni masalah konsumsi bagi jamaah yang akan melaksanakan tanazul. Saat puncak haji, jalur-jalur menuju Mina ditutup oleh otoritas Saudi, sehingga sangat sulit bagi syarikah penyedia layanan konsumsi mendistribusikan makanan.
"Itu yang semua agensi, semua syarikah tidak ada yang sanggup. 'Kami bisa masaknya, tapi kami tidak sanggup men-delivery-nya'," kata Hilman.
Untuk itu, Kemenag akan mematangkan skema ini agar ditemukan jalan terbaik demi kelancaran pelayanan jamaah calon haji Indonesia.
Di sisi lain, skema Murur juga akan diperkuat. Murur adalah pergerakan jamaah haji dari Arafah melintas di Muzdalifah lalu menuju ke Mina saat puncak haji. Jamaah diberangkatkan dari Arafah setelah magrib menuju Muzdalifah, tanpa turun, dan langsung menuju ke Mina.
Murur secara sistematis kali pertama diterapkan pada penyelenggaraan haji 2024. Terobosan ini berhasil mempercepat proses mobilisasi jamaah dari Muzdalifah ke Mina hingga selesai pada pukul 07:37 waktu Arab Saudi. Lebih dari 50 orang haji Indonesia yang mengikuti skema ini dan itu berhasil mengurangi kepadatan jemaah di Muzdalifah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemerintah matangkan skema Tanazul saat haji 2025