Mengenal tiga masalah prostat yang berisiko dialami para pria
Jumat, 22 Desember 2023 14:37 WIB 1160
Mereka yang terdiagnosis BPH nantinya bisa menjalani terapi obeservatif. Ini umumnya bila pasien baru merasakan gejala awal seperti terbangun dua kali setiap malam, pancaran kemih masih baik, lalu hasil pemeriksaan menunjukkan residu urine di kandung kemih sedikit.
Pasien disarankan melakukan pembatasan minum pada malam hari serta menghindari konsumsi minuman bersifat diuretik atau menyebabkan meningkatnya laju urinasi seperti kopi, teh, cokelat serta makanan pedas.
"Tetapi kalau sudah mulai ada gejala harus mengejan saat berkemih, habis pipis merasa ada sisa, baru boleh memulai terapi pengobatan," kata Hilman.
Sebagai jalan terakhir, sebenarnya masih ada terapi pembedahan. Ini apabila terapi pengobatan tidak kunjung membuahkan hasil. Hilman berpendapat, saat ini sudah jarang dilakukan operasi besar, karena rata-rata menerakan bedah minimal invasif.
Pembesaran prostat jinak versus kanker prostat
Satu penyebab lain prostat bisa membesar yakni karena adanya kanker. Salah satu perbedaan antara pembesaran prostat jinak dan kanker prostat yakni, lokasi pembesarannya.
"Biasanya pasien kanker prostat, benjolannya ada di zona perifer. Makanya saat melakukan colok dapat, dokter dapat meraba nodul atau benjolan pada area prostat. Kalau pasien BPH, pembesarannya terjadi pada zona transisional," jelas Hilman.
Hanya saja, tidak semua pasien mau menjalani pemeriksaan colok dubur, karena pemeriksaannya sangat tidak nyaman. Operator harus memasukkan jarinya ke anus pasien, untuk meraba prostat.
"Prostat apakah ada benjolan, pembesaran simetris atau tidak, keras atau tidak, kalau keras biasanya mengarah ke kanker, kalau kenyal kemudian besar mungkin BPH. (Colok dubur) itu perlu dilakukan, wajib," kata Hilman.