“Jadi kita perlukan koordinasi ini tindakan kemanusiaan dan upaya kita mengurangi risiko bencana," jelasnya.
Dia melanjutkan seluruh kepala daerah diimbau agar meneruskan beberapa pesan kewaspadaan kepada masyarakat di wilayah masing-masing.
"Masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran sungai, ketika intensitas curah hujan semakin tinggi yang dapat mengakibatkan banjir, banjir bandang, rawan abrasi yang berakibat longsor dan berdampak kepada pemukiman, agar meningkatkan kesiapsiagaan dengan mengurangi aktivitas di luar rumah serta dapat melakukan upaya mengevakuasi diri dan kelompok secara mandiri ke tempat yang lebih aman," katanya.
Selain itu, kata dia, masyarakat yang berada di area cekungan dan dengan sistem drainase wilayah yang tidak memadai, dan dapat memicu luapan air, diimbau agar dapat melakukan pembentengan pada lajur-lajur aliran air menuju rumah secara mandiri.
“Masyarakat terdampak banjir untuk memperhatikan sistem kelistrikan, agar tidak memicu korsleting listrik dan bahaya kebakaran, dimana sebelum melakukan kegiatan evakuasi mandiri harus memastikan bahwa aliran listrik dan perangkat elektronik pada rumah yang ditinggalkan sudah benar-benar padam," katanya.
Ia juga mengimbau masyarakat agar menghindari kegiatan wisata air, ketika frekuensi dan intensitas hujan tinggi, terkhusus kunjungan wisata dari lembaga-lembaga pendidikan.
“Terakhir, setiap orang melihat, mengawasi dan memantau situasi sekeliling terhadap kemungkinan-kemungkinan bencana hidrometeorologi yang terjadi dan melaporkan kepada aparat pemerintah setempat, yang berwenang untuk dapat dilakukan penanganan awal kebencanaan," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan Hendro Nugroho meminta masyarakat secara rutin memantau potensi bencana hidrometeorologi melalui aplikasi BMKG.
"Kami imbau kepada masyarakat untuk tetap waspada, lihat info BMKG bisa melalui aplikasi dan di media juga," ujarnya.