"Pada tahun 2023, ekonomi global memang sudah diprediksi lebih lambat dari tahun lalu. Namun, harga komoditas pertanian sangat fluktuatif. Saat musim dingin, misalnya, permintaan akan CPO berpotensi naik. Belum lagi jika ekonomi global terus bertumbuh," tutur Wahyu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, pada Juni 2023, menurunnya NTP dipengaruhi berkurangnya penerimaan petani (It-Indeks Harga Terima Petani), yang terpeleset 0,53 persen dari bulan sebelumnya menjadi 141,37, lantaran beberapa hal terutama merendahnya harga kelapa sawit, jagung dan kopi.
Sementara itu, pada bulan yang sama, nilai yang mesti dikeluarkan petani (Ib-Indeks Harga Bayar Petani) semakin besar 0,54 persen dari Mei 2023 menjadi 115,69 lantaran naiknya indeks konsumsi rumah tangga, upah memanen dan harga bakalan sapi yang berumur lebih dari setahun.
Dilihat dari subsektornya, Nilai Tukar Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) mengalami koreksi terdalam yaitu 2,17 persen, kemudian disusul dari tanaman pangan (-0,70 persen), dan nilai tukar nelayan (-0,24 persen)
Sejalan dengan NTP, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) Sumut pada Juni 2023 juga menurun dibandingkan sebelumnya. Terkini, NTUP bertengger di angka 119,85, lebih rendah 0,59 persen daripada Mei 2033.
Selain karena It yang meningkat, penurunan NTUP pada Juni 2023 disebabkan oleh terdongkraknya nilai Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,06 persen menjadi 117,95.
Komoditas yang sangat memengaruhi nilai BPPBM itu yakni nilai pelet, obat cacing atau antelmintik dan jaring angkat.
Dari sisi subsektor, koreksi NTUP terdalam ada di tanaman perkebunan rakyat (-1,66 persen), diikuti tanaman pangan (-0,21 persen) dan budi daya ikan (-0,06 persen).
Ekonom: NTP-NTUP Sumut akan meningkat seiring perbaikan ekonomi global
Rabu, 5 Juli 2023 19:03 WIB 1441