Medan (ANTARA) - Pedagang telur ayam di Medan menjerit karena sulit menjalankan bisnisnya akibat tingginya harga dagangan mereka.
"Kami sulit mengambil keuntungan. Omzet pun turun 30 persen hingga 40 persen," ujar Ros, pedagang di Pasar Sei Kambing, Medan, kepada ANTARA, Kamis.
Saat ini, Ros harus menjual telur ayam ras dengan harga di kisaran Rp1.550 - Rp1.850 per butir.
Dia mengaku harus membatasi harga sedemikian rupa agar tidak kehilangan pelanggan. Padahal, Ros membeli telur dari agen seharga Rp1.450-Rp1.800 per butir.
Di toko lain, harga telur ayam termahal mencapai Rp2.000 per butir.
"Kasihan pelanggan kalau terlalu mahal. Mereka, kan, butuh untuk konsumsi sehari-hari," kata dia.
Pedagang lain, Zainab, menyebut bahwa kondisi harga telur ayam saat ini sangat mengkhawatirkan.
Berbeda dengan Ros, Zainab menjajakan dagangannya dengan harga Rp1.450 sampai Rp2.000. Normalnya, harga telur ayam sekitar Rp1.200-Rp1.550 per butir di tingkat konsumen.
"Sekarang saya hanya berusaha bagaimana caranya tidak menomboki. Bagaimana tidak, pembeli sepi. Kalau pun ada, mereka mengurangi belanjaannya. Dari biasanya membeli lima atau 10 butir sekali datang, sekarang paling cuma tiga butir," kata dia.
Sementara, berdasarkan Sistem Harga Pangan Komoditas Utama Sumatera Utara (SiHarapanKu), Kamis (8/6), harga telur ayam ras di Sumut berkisar Rp25.500 sampai Rp50 ribu per kilogram.
Harga termurah ada di Kabupaten Labuhanbatu Seladan dan termahal di Kabupaten Langkat.
Terkait melambungnya harga telur ayam ras, Badan Pangan Nasional sempat menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena kenaikan harga jagung yang menjadi pakan unggas.