Jakarta (ANTARA) - Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso menjabarkan segala pantangan juga anjuran gizi yang perlu diberikan kepada anak dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
“Penyakit jantung itu bukan hanya milik orang dewasa, namun juga anak, maka perlu paham bagaimana cara menanganinya,” kata dokter Piprim, di Jakarta, Selasa (14/2).
Adapun penyakit jantung bawaan adalah kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang ditemukan sejak bayi dilahirkan. Kelainan ini terjadi pada saat janin berkembang dalam kandungan.
Piprim mengatakan, anak dengan kondisi kelainan jantung ini membutuhkan gizi yang tinggi. Pantangan untuk melakukan aktivitas yang berat juga perlu diperhatikan.
“Kalau cacat pada jantung yang ringan tidak ada pantangan, namun bila sudah alami kebocoran jantung parah dan gagal jantung sangat tidak dianjurkan untuk berolahraga atau melakukan aktivitas berat yang melelahkan,” ujar Piprim.
Beban fisik yang terlalu berat bisa menjadi pencetus serangan jantung pada anak yang berisiko.
Selain larangan melakukan aktivitas berat, anak dengan PJB perlu diberi asupan gizi baik, seperti makanan tinggi kalori rendah volume.
Piprim menjelaskan, makanan padat tinggi kalori bisa didapat dari protein dan lemak, bagi anak yang belum mampu mengonsumsi makanan padat, bisa diberikan susu yg tinggi lemak dan kalori.
“Untuk anak usia 6-8 bulan minimal diberi satu butir telur, usia 9 bulan hingga 1 tahun berikan satu butir telur ditambah satu hati ayam, usia di atas itu dua butir telur,” jelas dia.
Pada banyak kasus kesehatan anak, termasuk penyakit jantung bawaan, protein hewani menjadi sangat penting dan wajib tercukupi.
Ketika tidak mendapatkan cukup protein, perkembangan bayi dan anak bisa mengalami perlambatan dan berpotensi merusak jantung dan paru-paru.
Selain itu, Piprim menganjurkan deteksi dini PJB pada anak dengan memeriksa irama jantung di dokter spesialis jantung anak.
“Atau kalau sedang melakukan imunisasi, memeriksa anak yang sakit flu di puskesmas, bisa minta dokter untuk mendengarkan irama jantung anak dengan seksama menggunakan stetoskop,” imbuhnya.
Adapun sebuah buah survei di Amerika Serikat menyatakan bahwa setiap tahun sedikitnya 35.000 bayi menderita kelainan ini.
Di Indonesia, Pirprim menyebutkan bahwa kasus penyakit jantung bawaan menduduki angka yang cukup tinggi di mana dua hingga empat dari 1.000 kelahiran hidup akan lahir dengan kelainan jantung bawaan.