Medan (ANTARA) - Sekda Kota Medan Wiriya Alrahman menyebutkan, jumlah angka kasus stunting (kekerdilan) di wilayah setempat mengalami penurunan tinggal sebanyak 359 penderita.
"Data terakhir diperoleh angka stunting di Kota Medan saat ini ada 359 anak dari sebelumnya di angka 364 balita. Artinya jumlah stunting sudah menurun," ujar Wiriya di Medan, Sumut, Kamis.
Semula pada Februari 2022, rinci dia, tercatat 550 balita di ibu kota Provinsi Sumatera Utara yang mengalami gagal tumbuh akibat gangguan gizi buruk kronis.
Jumlah anak penderita stunting di Kota Medan tersebut kemudian mengalami penurunan menjadi 364 orang anak pada Oktober tahun lalu.
Pemkot Medan melalui 10 OPD terkait telah melakukan penanganan secara komprehensif guna terus menekan angka stunting tersebut.
"Artinya penanganannya tidak hanya kepada anak stunting, tapi juga harus diikuti dengan upaya pencegahan. Sehingga stunting yang sudah turun semakin turun lagi," ujar dia menegaskan.
Wiriya selanjutnya mengatakan, penanganan stunting yang dilakukan oleh Pemkot Medan juga berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait.
Diketahui, Wali Kota Medan Bobby Nasution telah mencanangkan program bapak asuh anak stunting yang melibatkan seluruh pimpinan OPD di lingkungan Pemkot Medan tahun lalu.
Melalui program ini setiap bulan bapak asuh di wajib memberikan bantuan sebesar Rp500 ribu guna disalurkan dalam bentuk makanan bergizi kepada anak penderita stunting.
"Untuk itu saya minta dilakukan pendataan dengan benar. Apalagi Dinas Kesehatan miliki petugas terdepan, yakni puskesmas dan puskesmas pembantu," ungkapnya.
Selain itu, berbagai indikator lain dari seorang balita yang gagal tumbuh harus diperhatikan mengatasi permasalahan stunting, termasuk pencegahan.
"Misalnya mulai bayi dalam kandungan, kita harus memperhatikan gizi dan kondisi dari orang tuanya. Ini tidak main-main, karena merupakan program nasional," tegas Wiriya.