Madina (ANTARA) - Perusahaan pembangkit listrik tenaga panas bumi PT Sorik Marapi Geothermal Power (PT SMGP) mendukung penuh investigasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM dan Polda Sumatera Utara pascainsiden di sumur T-11 milik perusahaan pada 27 September 2022.
Investigas EBTKE dan Polda Sumut itu resmi dimulai pada Kamis (29/9).
Pihak perusahaan memastikan kondisi di area Pad T dan wilayah operasi SMGP lainnya saat ini aman dan kondusif.
SMGP berkomitmen untuk selalu memberikan dukungan kepada masyarakat. Saat ini, SMGP beserta pihak pemangku kepentingan fokus pada penanganan dan bantuan termasuk transpor dan makanan bagi warga, baik yang dirawat di rumah sakit, maupun dalam pengungsian, hingga warga tersebut dapat pulang kembali ke tempat tinggalnya.
Sebagian warga Desa Sibanggor Julu dan Sibanggor Tonga mendapatkan pemeriksaan medis di RSUD Panyabungan dan rumah sakit Permata Madina. Berdasarkan data saat ini, semuanya sudah pulang ke rumah.
Sedangkan, warga Sibanggor Tonga dilaporkan mengungsi dari tempat tinggalnya ke desa terdekat di Sibanggor Jae.
"SMGP turut prihatin dan berempati atas kejadian tidak diinginkan ini, dan kami mengucapkan terima kasih kepada RSUD Panyabungan dan RSU Permata Madina yang telah menangani warga dengan cepat dan tepat, dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,” sebut Corporated Communication SMGP, Yani Siskartika dalam keterangan tertulisnya yang diterima ANTARA, Minggu (2/10).
Ia menjelaskan, PT SMGP melaksanakan kegiatan uji alir sumur T-11 pada 27 September 2022 dalam rangka persiapan COD Unit-3, PLTP Sorik Marapi di Kabupaten Madina, Sumatra Utara. Kegiatan uji alir dimulai jam 15.10 WIB sampai dengan 17.34 WIB
Semua tahapan pelaksanaan telah mengikuti prosedur (SOP) yang berlaku, dan melibatkan berbagai pihak, yaitu dari Direktorat Jenderal EBTKE dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Madina, Polres Madina, Dit Pamobvit, TNI, PAM Desa, dan Humas Lokal, untuk memonitor pelaksanaan dengan pengukuran bersama kadar H2S di udara di sekitar desa Sibanggor Julu dan Sibanggor Tonga. Pekerjaan dilakukan dengan menetralkan H2S ke abatement system terlebih dahulu.
Yani menambahkan, sebelum dilakukan kegiatan buka sumur T-11, SMGP telah melakukan sosialisasi, sterilisasi area radius 300 meter, kegiatan penetralan H2S dengan abatement system, dari hasil monitoring dan pengukuran bersama di sekitar dua desa dan sekitar lokasi sumur, tidak terdeteksi paparan gas H2S, dibuktikan dengan bacaan 0 ppm pada semua alat ukur, baik yang fixed maupun portable.
“Saat kegiatan selesai, dilaporkan bahwa beberapa warga mengeluhkan gejala kesehatan karena mencium bau menyengat, namun saat ini, sumber bau masih dalam investigasi,” ujarnya.