Medan (ANTARA) - Kementerian Pertanian RI mendorong petani kopi di Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara, untuk menggarap produk hilir berupa produk olahan. Tujuannya, meningkatkan nilai tambah dari hasil panen kopi, agar meningkatkan pendapatan petani yang berdampak signifikan pada peningkatan kesejahteraan keluarga petani.
Upaya Kementan tersebut diinisiasi oleh tim dosen dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) melalui kegiatan Pembinaan Desa Mitra (PBM) dari Polbangtan Medan bagi kelompok tani (Poktan) Pahottas di Desa Parbuluan IV, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Sumut selama tiga hari, 2 - 4 September 2022.
Tim dosen Polbangtan Medan yakni Linda Tri Wira Astuti dan Yenny Laura Butarbutar menggelar PBM tentang 'Nilai Tambah Produk Pertanian' agar petani kopi Dairi mendapat pengetahuan tentang nilai tambah produk pertanian.
Hal itu sejalan dengan harapan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang terus mendorong agar ekspor kopi Indonesia terus meningkat, ditargetkan hingga tiga kali lipat dalam lima tahun ke depan sehingga mendukung peningkatan kesejahteraan petani kopi.
"Produsen di hulu dan eksportir di hilir meningkatkan kerjasama sehingga pertumbuhan ekspor kopi sesuai target, bahkan lebih. Harus dibantu oleh stakeholders di kopi seperti penyuluh di sentra produsen kopi," katanya.
Hal senada dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi bahwa petani kopi harus mengetahui proses pertanian dari hulu sampai ke hilir.
"Dari mengolah lahan sampai pengemasan hingga pemasaran dan penjualan. Hal itu akan menjadi nilai lebih buat petani. Penyuluh memiliki peran vital untuk meningkatkan pengetahuan SDM pertanian didukung oleh UPT vokasi pendidikan Kementan," kata Dedi.
Direktur Polbangtan Medan, Yuliana Kansrini mengatakan komoditas kopi menjadi primadona, apalagi Sumut, salah satu dari lima provinsi terbanyak penghasil kopi. Total produksinya 76,59 ribu ton atau setara 10% dari total prosuksi nasional pada 2020.
"Minum kopi menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, khususnya di Sumut, sehingga juga berperan dalam pengembangan hilirisasi produk olahan kopi," katanya.
Tim Dosen Polbangtan Medan, Linda Tri Wira Astuti menambahkan kegiatan PBM tersebut berupaya mengingatkan, hasil panen yang diolah menjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi dapat memberikan nilai tambah.
"Tentunya hal itu, dapat meningkatkan pendapatan petani serta mengurangi resiko hasil panen dalam bentuk bahan segar menjadi busuk dan harga jualnya menjadi lebih murah di pasar," kata Linda TWA.
Yenny Laura Butarbutar mengurai tentang definisi nilai tambah, tantangan yang dihadapi dalam membangun industri pengolahan pertanian dan strategi yang perlu dilakukan.
"Tujuannya, untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian, rumus perhitungan nilai tambah, dan contoh perhitungan nilai tambah pada industri pengolahan kopi," kata Laura.