Jakarta (ANTARA) - Kabar duka kembali menyelimuti Tanah Air, politikus senior Partai Golkar Prof. Fahmi Idris bin Idris Marah Bagindo meninggal dunia, pada Minggu pagi.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) dalam Kabinet Reformasi Pembangunan di bawah pemerintahan Presiden ke-3 BJ Habibie ini meninggal dunia di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, sekitar pukul 10.00 WIB di usianya ke 78 Tahun.
Kabar duka tersebut diketahui dari cuitan akun Twitter resmi milik anak Fahmi Idris, yakni Fahira Idris pada pukul 10.37 WIB.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Telah berpulang ke Rahmatullah. Ayah saya, Bp. Prof. Dr. H. Fahmi Idris bin Idris Marah Bagindo @fahmiidris1," tulis Fahira Idris seperti dikutip dari akun Twitternya @fahiraidris.
Fahira mengatakan jenazah ayahnya akan disemayamkan di rumah duka di bilangan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Berdasarkan informasi dari pihak keluarga, Fahmi Idris akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.
Pihak keluarga juga menyampaikan permohonan maaf apabila semasa hidup Prof. Fahmi Idris pernah berbuat salah dan khilaf.
"Mohon dimaafkan Ayah Fahmi Idris jika selama hidup memiliki salah dan khilaf," cuit Fahira.
Pekerja keras
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto menilai Fahmi Idris sebagai sosok seorang aktivis dan pekerja keras yang mudah bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat.
"Almarhum Prof Fahmi Idris seorang aktivis, pekerja keras mudah bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat dari kelompok maupun usia yang berbeda," kata Airlangga dalam keterangannya.
Airlangga mengenang saat dirinya hadir dan memberikan testimoni saat Fahmi berkiprah secara akademis di Universitas Negeri Padang dan mendapat penghargaan berupa Profesor Kehormatan.
Dia mengatakan Fahmi Idris sebagai senior di Partai Golkar, juga menjadi Menteri Tenaga Kerja di Kabinet Pembangunan dan Menteri Perindustrian di era Presiden SBY periode pertama.
Menurut dia, di Golkar maupun di Kementerian Perindustrian, ada dua peninggalan Fahmi yang dinapaktilasi.
"Selamat jalan Prof Fahmi Idris jejak dan langkah yang ditoreh telah di catat dalam sejarah. Semoga almarhum husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran, aamiin," katanya.
Fahmi Idris meninggalkan satu orang istri bernama Yenni Fatmawati dan dua orang anak, yaitu Fahira Idris dan Fahrina Fahmi Idris.
Semasa hidupnya, pria kelahiran Jakarta, 20 September 1943 ini pernah bergabung dengan Partai Golkar pada tahun 1984. Ia langsung ikut berkampanye bersama Ali Moertopo dan Abdul Latief di Sumatera Barat.
Fahmi juga menduduki jabatan penting sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar pada periode pengurusan 1998-2004.
Ia adalah tokoh nasional yang pernah menduduki berbagai peran penting di Indonesia.
Saat menjadi Ketua DPP Golkar, Fahmi menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) dalam Kabinet Reformasi Pembangunan di bawah pemerintahan Presiden ke-3 BJ Habibie. Fahmi menjabat sebagai Menakertrans pada 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999.
Fahmi kemudian dipercayakan untuk menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabinet Indonesia Bersatu saat masa kepemimpinan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Fahmi lalu menjabat sebagai Menperin sejak 5 Desember 2005 hingga 20 Oktober 2009.
Fahmi juga pernah terpilih menjadi anggota DPR-GR mewakili kalangan mahasiswa serta Ketua Fraksi Golkar di MPR RI.
Selain menjabat di pemerintahan, Fahmi Idris juga berkiprah di bidang bisnis.
Dia mendirikan PT Kwarta Daya Pratama dan spada 1979 sebagai Direktur Utama Kongsi Delapan (Kodel Group).
Kodel Group adalah perusahaan yang didirikan bersama Aburizal Bakrie, Soegeng Sarjadi, Abdul Latief, dan Pontjo Sutowo.
Kodel mengelola usaha agrobisnis, perdagangan, perbankan, perminyakan, dan hotel.