Jakarta (ANTARA) - Gojek sebagai salah satu perusahaan teknologi terkemuka di Asia Tenggara menjadi perusahaan dari Indonesia pertama yang mengikuti Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) mendukung kesetaraan gender lewat programnya mengakhiri industri “All-Male Panels”.
Gojek menandatangani Women Empowerment Principal (WEP) bertepatan pada perayaan Hari Kartini 2021 untuk memastikan komitmennya tersebut.
“Di Gojek kami percaya pada kekuatan keberagaman. Kami memastikan adanya ruang yang aman dan inklusif bagi semua orang untuk menjadi diri mereka sendiri, siapapun mereka; dihargai, terlibat dan didukung. Sebagai bagian dari komitmen kami terhadap keberagaman, kami berjanji untuk mengakhiri panel berisi semua pria di semua acara Gojek dan memasukkan janji ini ke dalam kebijakan peluang berbicara Gojek yang ada, baik di Indonesia maupun internasional. Kami mendorong perusahaan dan organisasi lain untuk memastikan representasi yang beragam di setiap kesempatan berbicara,” kata Group Head of Sustainability Gojek Tanah Sullivan dalam keterangannya.
Baca juga: Pemerintah apresiasi GoMart dari Gojek yang buka lapangan kerja
“No Manel Pledge” diinisiasi oleh UN Resident Coordinator for Indonesia Valerie Julliand pada awal 2021. Valerie turut mengundang sektor swasta untuk bergabung dalam inisiatif yang bertujuan meningkatkan kesetaraan dan inklusi gender.
Hingga akhir April 2021, “No Manel Pledge” telah diikuti oleh seluruh Kepala Badan PBB, lebih dari 40 duta besar, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) serta sejumlah pejabat senior di Kementerian Luar Negeri Indonesia.
“Manels, atau panel yang semuanya beranggotakan laki-laki, tidak mewakili keragaman di dunia tempat kita tinggal. Dengan adanya keberagaman maka perspektif kita menjadi lebih beragam sehingga dapat memperkaya wawasan, dan menjadikan kita lebih inovatif. Selain itu, fenomena ini adalah manifestasi dari seksisme dan pengucilan, yang dapat memperkuat stereotip gender tentang laki-laki sebagai otoritas tinggi atau memiliki keahlian yang lebih baik. Bahkan ketika ada perempuan yang memiliki posisi maupun keahlian yang setara atau bahkan lebih berkualitas, tetapi kontribusinya terabaikan,” kata Valerie Julliand.
Langkah yang diambil Gojek untuk menghadirkan kesetaraan gender antara wanita dan pria pun diapresiasi oleh perwakilan dari UN Women Indonesia Representative and Liason to ASEAN Jamshed M. Kazi yang turut hadir dalam pengikraran WEP.
Sebelum bergabung dalam WEP secara mandiri Gojek di internal perusahaannya aktif mempromosikan kesetaraan dan keragaman gender.
Gojek bahkan membentuk "Women@Gojek", sebuah Kelompok Sumber Daya atau Employee Resource Group yang dipimpin oleh karyawan Gojek. Women@Gojek memungkinkan karyawan perempuan mengembangkan potensi mereka melalui pelatihan, kolaborasi, dan diskusi sambil menumbuhkan kesadaran akan inklusi yang lebih besar di tempat kerja.
Selain upaya internal, Gojek juga menjadi pionir dalam menciptakan budaya keselamatan bagi perempuan di ruang publik di Indonesia melalui inisiatif #AmanBersamaGojek. Inisiatif ini mendapat pengakuan nasional dan regional pada UN Women Asia-Pacific Women's Empowerment Principles Awards pada 2020.
“Manel dianggap sebagai sesuatu yang umum sehingga banyak yang tidak mempertanyakan. Konsekuensinya, pengabaian keterlibatan perempuan menjadi sebuah norma. Sehingga kita kehilangan perspektif berharga, keahlian, dan suara perempuan pada kebijakan publik. Untuk itu, kami mengapresiasi langkah Gojek untuk bergabung bersama mitra nasional dan internasional yang telah berkomitmen untuk “No Manel Pledge” tahun ini,” kata Jamshed.
Pada laporan yang dikeluarkan oleh lembaga survei McKinsey didapatkan prediksi jika peningkatan kesetaraan pada perempuan terjadi maka perekonomian di Asia Pasifik bisa mencapai 4,5 triliun Dolar AS pada 2025.