Madina (ANTARA) - Walaupun sudah berusia 22 tahun sejak dimekarkan dari kabupaten induk Tapanuli Selatan, pekerjaan rumah masih membelenggu Kabupaten Mandailing Natal (Madina) khususnya di Panyabungan sebagai ibu kota kabupaten.
Dari amatan ANTARA, Kamis (11/3), pusat kota Panyabungan masih terlihat semrawut, dan dinilai masih belum bersahabat bagi para pejalan kaki. Sarana yang seharusnya dibuat untuk pejalan kaki nyatanya telah dimanfaatkan oleh pedagang untuk tempat berjualan.
Belum lagi persoalan lalulintas yang begitu amburadul, truk-truk roda enam terlihat masih leluasa melintasi sejumlah jalan protokol di ibu kota Madina, padahal seharusnya truk tersebut dilarang masuk ke kawasan kota Panyabungan.
Begitu juga dengan beca bermotor dan mobil-mobil penumpang yang memarkirkan kendaraannya dengan sembarangan seakan tidak peduli dengan hak pengguna jalan lain.
Di kota yang dikenal sebagai sebutan kota Kipang ini juga masih ada persoalan lain yang hingga kini belum terselesaikan. Adalah tumpukan sampah yang secara sangat mudah kita jumpai di pinggiran jalan-jalan utama yang ada di kota itu.
Begitu juga dengan sistem drainase yang bisa dibilang amburadul. Hampir setiap musim penghujan tiba jalan protokol di pusat kota Panyabungan selalu tergenang oleh air. Ini diakibatkan oleh drainase yang selalu tersumbat.
Menjamurnya pondok-pondok tenda biru di sepanjang jalan lintas timur Panyabungan juga sebagai bagian dari potret kumuhnya kota Panyabungan.
Persoalan yang sudah berlangsung selama puluhan tahun ini diharapkan menjadi perhatian bagi pemangku kepentingan dalam hal ini legislatif dan eksekutif untuk mencari solusi penanganan kesemrawutan kota Panyabungan.
Wajah ibukota Madina di usianya yang ke-22
Kamis, 11 Maret 2021 12:13 WIB 7484