Brussels/Berlin (ANTARA) - Uni Eropa (EU) mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) segera dirombak, agar lebih kuat menangani pandemi dan membuka kekurangan negara-negara anggotanya dalam keadaan darurat kesehatan.
Komentar tersebut dibuat pada konferensi video para menteri kesehatan EU yang mendukung dokumen EU tentang reformasi badan PBB, yang untuk pertama kalinya menguraikan serangkaian perubahan besar yang diperlukan untuk meningkatkan kekuatan dan sumber daya WHO.
Langkah tersebut menyusul kritik bahwa China dan negara lain tidak membagikan informasi tentang pandemi COVID-19 secara tepat waktu pada masa awal kemunculannya.
"Pandemi saat ini sangat menantang kita, tetapi sangat penting bahwa debat reformasi (WHO) diadakan secara paralel," ujar Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn pada konferensi pers, Jumat.
Dia tidak mengatakan kapan proses reformasi harus dimulai, tetapi menekankan bahwa sebagai akibat dari perombakan tersebut, WHO harus menjadi lebih cepat bereaksi terhadap krisis kesehatan, sementara negara-negara anggotanya harus berbagi lebih banyak informasi dalam keadaan darurat.
"Kami sangat menghargai kepemimpinan kuat EU dalam kesehatan global dan dukungannya yang teguh untuk WHO, termasuk dukungan untuk memperkuat organisasi," kata WHO, menolak berkomentar secara khusus mengenai dokumen EU yang dilaporkan Reuters pada September lalu.
"Sangat penting bagi kita untuk terus maju dengan reformasi ini," kata Komisaris Kesehatan EU Stella Kyriakides dalam konferensi pers yang sama.
Setelah berbulan-bulan tekanan internasional, panel independen dibentuk pada September untuk meninjau penanganan global pandemi. Proses untuk mereformasi WHO akan dimulai setelah itu, kata para pejabat.
Draf dokumen EU, yang akan mewakili posisi blok itu dalam sidang WHO pada pertengahan November mendatang, mendesak badan PBB untuk memublikasikan lebih cepat bagaimana dan apakah negara anggotanya menghormati kewajiban mereka dalam berbagi informasi tentang krisis kesehatan.
Sebelumnya, Amerika Serikat menuduh WHO terlalu dekat dengan China pada fase pertama pandemi, ketika para kritikus mengatakan Beijing lambat dalam berbagi informasi penting tentang virus corona baru yang pertama kali muncul di Kota Wuhan.
Namun, WHO telah berulang kali menepis tuduhan tersebut.
"Transparansi tentang siapa yang mematuhi aturan adalah fundamental," kata Kyriakides kepada para menteri di konferensi video, menurut catatan pidatonya.
Draf dokumen tersebut juga mengatakan negara-negara anggota WHO harus mengizinkan penilaian epidemiologi independen di tempat di zona risiko tinggi selama krisis kesehatan.
Sumber: Reuters